Tiga badan usaha milik negara,  yakni PT Kertas Padalarang, PT Sarana Karya, dan PT Primissima segera diakuisisi oleh BUMN lain dan mitra strategis, menyusul persetujuan dari DPR.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengungkapkan Kertas  Padalarang akan diambil alih  oleh Perum Peruri dan Sarana Karya akan diambil alih oleh BUMN pertambangan, sementara  Primissima dilepas kepada pemegang saham lain.
“Setelah tiga BUMN ini, beberapa BUMN lain juga akan dilikuidasi atau diakuisisi BUMN  lain, sehingga pada 2014 nanti  tinggal 81 BUMN saja dari 142  BUMN yang ada sebelumnya,” ujamya Selasa malam.
Dia menuturkan privatisasi Primissima, Sarana Karya, dan  Kertas Padalarang merupakan kelanjutan dari rencana restrukturisasi BUMN pada 2010. Pemerintah  saat ini menguasai 52,79% saham  di Primissima, Sarana Karya  100%, dan Kertas Padalarang 40,8%.
Primissima berlokasi di Yogyakarta dan bergerak di bidang  tekstil, yakni pemintalan, tenun,  kain blaco, dan  garmen. Adapun,  Sarana Karya merupakan produsen aspal di Buton, Sulawesi  Tenggara, dan Kertas Padalarang  memproduksi pita cukai dan kertas berharga lainnya.
Menurut informasi, BUMN pertambangan PT Timah Tbk sedangkan menuntaskan rencana akuisisi  Sarana Karya, sementara Perum  Peruri berminat mengambil alih  Kertas Padalarang.
Adapun, Primissima akan dilepas kepada pemegang saham lain, yaitu Gabungan Koperasi  Batik Indonesia (GKBI). Mustafa menjelaskan pelepasan saham melalui penjualan strategis sedang berlangsung dan  diserahkan kepada masing-masing perusahaan.
Dia mengungkapkan BUMN  lain yang akan dilikuidasi secepatnya a.l. Balai Pustaka dan  Perfilman Indonesia.
Balai Pustaka akan dijadikan  badan layanan umum (BLU) di bawah Kementerian Pendidikan dan Perfilman Indonesia akan dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Efisiensi anggaran
Pada tahun ini, kata Mustafa,  Kementerian BUMN sudah menyiapkan pengurangan 26 BUMN  sehingga pada 2014 tinggal 81  BUMN yang tersisa. Upaya ini  dalam rangka efisiensi anggaran  negara dan mendorong BUMN  menjadi lebih kuat.
“Jika tiba saatnya dilakukan  pelepasan saham ke publik, seiring dengan penyatuan 61 BUMN  yang dilikuidasi tersebut, posisi  tawar masing-masing BUMN  diharapkan akan lebih baik dan  lebih kuat,” ujarnya.
Mustafa mengatakan BUMN  yang paling banyak dilikuidasi  adalah BUMN yang bergerak di  bidang perkebunan dan kehutanan.
“Misalnya, untuk perkebunan sekarang ada kan ada PTPN I hingga XIV, ditambah dengan PT  Rajawali Nusantara Indonesia sehingga jumlahnya 15 BUMN. Nanti akan dilebur menjadi satu BUMN saja di bidang  perkebunan,” jelasnya.
Begitu juga dengan BUMN kehutanan, Perhutani serta Inhutani I sampai V  akan dilebur menjadi satu BUMN.
Saat ini, tuturnya, semua BUMN di kedua bidang tersebut sedang dalam proses penggabungan yang diharapkan selesai pada  tahun ini. Adapun, peleburan BUMN kehutanan ditargetkan selesai pada 2012.
Selain itu, lanjut Mustafa, tiga BUMN farmasi yang ada saat ini akan dikonsolidasikan menjadi dua BUMN saja.
Di bidang transportasi, empat BUMN kepelabuhanan yakni PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I-IV akan digabung menjadi dua perusahaan saja.
“Seperti PT Angkasa Pura yang tadinya ada empat, sekarang tinggal dua. Satu untuk mengurusi wilayah barat, satunya lagi untuk wilayah timur Indonesia. Tapi kita belum  tahu  kota mana nanti yang akan menjadi pusat untuk Pelindo II, semua itu sedang dipikirkan,” kata Mustafa.
Setiap penggabungan BUMN itu, tutumya, memerlukan beberapa pengkajian lebih lanjut dan Kementerian BUMN tidak bisa begitu saja melakukannya. Namun, dia menargetkan penggabungan Pelindo selesai pada 2012 atau paling lambat pada 2013.
Nama Media : BISNIS INDONESIA
Tanggal       : Jumat, 3 Juni 2011 hal 8
TONE           : NETRAL