Bisnis Indonesia, BANDUNG — Setelah Maroko yang menjalin perjanjian perdagangan untuk impor kopi asal Kab. Bandung, kini hal yang sama dilakukan Korea Selatan dengan volume kopi mencapai 2.000 ton setiap tahun.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan da lam waktu dekat pihaknya akan segera melakukan kontrak perjanjian kerja sama bisnis yang baru disepakati sebatas informal.
“Tentu saja kesepakatan ini harus disambut gembira. Dengan adanya kerja sama ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan perdagangan,” katanya, Minggu (26/1).
Untuk kopi yang dikirim ke Maroko, dirinya menyebutkan baru sebanyak 18 ton kopi, terdiri dari 9 ton green bean arabika dan 9 ton green bean robusta. Terakhir ini mereka memesan empat kontainer.
Pihaknya optimistis permitaan kopi dari dua negara tersebut akan terpenuhi, mengingat luas lahan pertanian kopi di wilayah nya mencapai 10.230 hektare. Dan setiap tahunnya, luas lahan kopi ini bertambah rerata 1.000 ha.
“Apabila musim panen, maka besarnya permintaan akan terpenuhi. Setiap saat juga banyak, akan tetapi banyak diberi oleh para tengkulak ke luar daerah seperti Lampung, Surabaya dan lainnya,” ujarnya.
Meskipun permintaan terhadap kopi asal Bandung Selatan terbilang tinggi, Tisna mengakui, hingga saat ini nilai ekonomi yang dirasakan petani belum terlalu bagus. Pasalnya, tidak sedikit petani menjual langsung kopi ke tengkulak.
Para tengkulak pada umumnya membeli dengan harga Rp3000/ kilogram. Hal itu akan berbeda apabila dilakukan pengolahan menjadi biji kopi yang telah dikupas dan dikeringkan atau biasa juga disebut beras kopi.
Harganya bisa mencapai Rp30.000/kg. Tisna melanjutkan pada 2014, konsentrasi pihaknya pada pertanian kopi ini lebih difokuskan kepada pemasaran. Karena, kata dia, jika produksi terus digenjot, tapi pemasaran tidak ditangani bisa berakibat over produksi, sehingga bisa merugikan petani.
Sementara itu, General Manager (GM) Agroforestri Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Jabar Banten Lies Bahuntah menyebutkan luas kebun kopi arabika hasil kerja sama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan Perhutani KPH Bandung Selatan sudah mencapai 3.500 ha.
Jumlah produksi saat ini sudah mencapai 1.000 ton dari 1.000 ha kebun kopi yang sudah berproduksi. Jumlah produksi itu akan terus naik, mengingat area kopi terus bertambah luas. (k6)
Bisnis Indonesia | 27 Januari 2014 | Hal. 8