POJOKSATU.ID, BANDUNG (10/8/2016) | Walaupun hanya menyabet juara kedua, namun Eti mengaku sangat bangga. Pasalnya peserta yang turut serta dalam ajang tersebut berjumlah ratusan yakni 280 peserta dari seluruh Indonesia.
“Dari Jawa Barat saja pesertanya ada 49. Alhamdulillah bisa menjadi juara,” tutur eti, Selasa (9/8/2016) di Soreang.
Eti mengatakan, kopi Arabika yang dikembangkan kelompoknya ini, dari mulai penanaman hingga pengolahan dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga hasilnya pun sangat memuaskan. Jenis atau varietas kopi arabika yang banyak dikembangkan oleh kelompoknya itu cukup banyak. Namun yang paling dominan adalah jenis Steng, Sigararuntang dan Lini S. Saat ini, kata dia, luas lahan pertanian kopi di kelompoknya itu kurang lebih 65 hektare. Terdiri dari lahan milik pribadi, lahan milik Perhutani yang dikerjasamkan dengan masyarakat petani. Jumlah anggota kelompok tani Wanoja itu sendiri, kata dia, yakni sebanyak 60 orang.
Keberhasilan kopi kelompok tani Wanoja, tidak terlepas dari pengolahan yang sangat selektif. Hal tersebut dilakukan, supaya kopi yang dihasilkan mempunyai kualitas terbaik.
“Olahan yang kami lakukan adalah honey, dry proses dan wet proses. Nah sisa dari pemilihan specialty ini baru kami jual ke pengepul kopi curah,” ujarnya.
Dengan mendapat kopi berkualitas, kelompok tani wanoja tidak kesulitan dalam pemasaran. Bahkan, pembeli banyak yang datang hanya untuk membeli kopi olahan dari kelompok tani tersebut.
Namun, karena yang dikejar adalah kualitas, kuantitas yang dihasilkan juga tidak terlalu banyak. Menurut Eti, dari 65 hektare lahan, hanya menghasilkan 50 ton kopi saja setiap tahunnya.
“Alhamdulilah produksi kopi kami cepat diserap pasar bahkan sampai ke Dublin Irlandia dan beberapa negara lainnya untuk diikutsertakan dalam beberapa pameran,” katanya.
Eti melanjutkan, kelompok tani yang dipimpinnya itu, mulai membudidayakan tanaman kopi sejak 2012 lalu. Kelompok ini fokus pada pengembangan budi daya, sehingga tidak turut membeli atau mengumpulkan biji kopi dari kelompok tani lainnya.
“Misi kami ingin mensejahterakan para petani. Selain itu, bertujuan untuk menghijaukan kembali lahan-lahan kritis dan juga lahan yang sebelumnya banyak ditanami sayuran penyebab erosi. Kini perlahan-lahan para petani sayuran mulai beralaih ke tanaman kopi yang memang selain sebagai tanaman konservasi juga cukup menguntungkan secara ekonomi,” terangnya.
Dengan misi dan ketekunan yang dilaloni oleh Eti dan kelompok taninya itu, maka perkembangan usaha kopi mereka ini tergolong pesat. Dalam tiga tahun pertama saja, biji kopi dari kelompok tani Wanoja ini dengan mudah mendapatkan tempat dihati para penikmat kopi. Padahal biasanya, dari tahun pertama memulai usaha pertanian kopi itu, rata-rata kelompok tani bisa eksis dan dikatakan stabil setelah 10 tahun.
“Sedangkan cita-cita kami yang belum tercapai adalah ingin mendirikan beberapa kedai atau tempat minum kopi. Dengan tujuan untuk lebih memasyarakatkan kopi lokal asal Kabupaten Bandung dan Jabar. Selain itu, untuk mengedukasi masyarakat juga, kami punya keinginan membuat wisata kebun, agar masyarakat mengetahui proses dari kopi itu seperti apa. Mulai dari penamanan, pengolahan hingga penyajian nya,”katanya. (mld)
Tanggal : 10 Agustus 2016
Sumber : Pojoksatu.id