KABARBISNIS.COM (23/11/2016) | PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) bersama PTPN XII dan Perum Perhutani berkomitmen untuk mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pergulaan dan Kehutanan yang ada di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Selain sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar pabrik, program yang diinisiasi oleh Menterk BUMN Rini Soemarno ini sekaligus untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) pergulaan dan kehutanan yang mahir dan andal.
Direktut Utama PTPN XI, Dolly P Pulungan dalam sambutannya mengatakan bahwa selain berkewajiban menjaga kinerja perusahaan, PTPN XI sebagai salah satu BUMN juga memiliki kewajiban untuk mendekatkan diri kepada masyarakat sekitar perusahaan melalui program corporate social responcibility (CRS). Kali ini, program CSR diwujudkan dengan mengembangkan SMK Pergulaan dan Kehutanan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo.
Langkah ini dilakukan untuk memberikan alternatif berkarier kepada santri di Pondok Salafiyah Syafiiyah. Karena ribuan santri yang lulus dari pondok tersebut tidak semua yang menjadi kyai. “Sehingga ketika lulus dari pondok santri bisa memilih, apakah akan berkarier dk Perhutanj ataukan di pergulaan,” ujar Dolly P Pulungan acara MoU Pembangunan SMK Pergulaan dan Kehutanan di kantor PTPN XI, Surabaya, Selasa (22/11/2016).
Pada kesempatan yang sama, Direktur SDM dan Umum PTPN XI, M. Cholidi menambahkan bahwa program ini memiliki sua kemanfaatan. Kemanfaatan pertama adalah berjalannya program CSR industru pergulaan dan kehutanan dengan menyerap tenaga kerja di sekitar pabrik. Kemanfaatan kedua adalah untuk membekali masyarakat yang tidak bisa masuk menjadi karyawan pabrik tentang pengetahuan pergulaan.
“Jika tidak masuk jadi karyawan PG dan Perhutani, maka mereka bisa menjadi petani tebu yang andal yang tidak hanya tahu menjadi tebu, tetapi mereka juga bisa menghasilkan tebu dengan potensi gula yang tinggi,” ujar Cholidi.
Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna mengatakan program studi kehutanan di ponpes tersebut merupakan yang pertama kali, di mana sebelumnya dalam ponpes tersebut sudah lebih dulu ada SMK Gula yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN.
“Yang akan kami lakukan untuk memulai sekolah kehutanan di ponpes ini yakni melalui Pusdiklat kami akan menyiapkan mata pelajaran apa saja yang digunakan, termasuk untuk prodi tertentu ada tenaga pengajar juga dari perhutani,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi, Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro mengatakan kerja sama tersebut merupakan bentuk kepedulian BUMN untuk negeri di mana siswa-siswa di ponpes tersebut dapat masuk ke dalam dunia usaha setelah lulus nanti.
“Industri gula maupun kehutanan pasti perlu tenaga kerja baru, tetapi berapa banyak yang dibutuhkan, Perhutani memiliki datanya. Selama ini sudah ada 25 SMK Kehutanan, dan kelulusannya 1.300 orang per tahun nah di ponpes paling tidak mereka bisa diddidik ke sektor dunia usaha lalu diserap oleh industri,” ujarnya.
Ketua Yayasan Ponpes Salafiyah Safi’iyah Sukorejo, H.A Mudzakkir A. Fattah mengungkapkan setiap tahun ponpes tersebut menerima rerata 3.000 santri sehingga total santri yang belajar di ponpes tersebut sudah mencapai 15.000 orang.
“Semua santri setelah selesai sekolah ini akan menjadi kyai, dan mereka pun butuh skill saat mereka lulus untuk bisa bekerja dan mengenal dunia usaha,” ujarya.
Lebih lKanjut ia mengatakan pihaknya sepakat dengan adanya program studi kehutanan karena beberapa santri yang ada merupakan berasal dari pedesaan yang terletak tidak jauh dari wilayah pegunungan atau hutan.Menurutnya, banyak santri yang ketika lulus dan bekerja di hutan, mereka tidak memahami dan memiliki pengetahuan tentang hutan.
“Ada santri kami yang bekerja jadi polisi hutan, tetapi ternyata mereka tidak punya pengetahuan hutan itu. Jadi program studi kehutanan ini sangat penting untuk bekal mereka,” punglasnya.kbc6
Sumber : www.kabarbisnis.com
Tanggal : 23 November 2016