AGRO INDONESIA (30/5/2017) | Perum Perhutani mencatat laba perusahaan sebesar Rpi2l miliar pada kuartal satu (Q1) 2017.
Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, kinerja keuangan yang positif pada Q1 2017 tersebut karena upaya transformasi bisnis yang dilakukan, ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha. “Meskipun dari sisi pendapatan juga belum sesuai harapan karena lesunya pasar dunia untuk produk kayu dan gondorukem sebagai andalan bagi Perhutani,” kata dia dalam pernyataan tertulis, Rabu (24/5/2017).
Salah satu transformasi yang dilakukan adalah melakukan penjualan kayu daring (online). Ini menjawab tantangan yang dihadapi perhutani untuk menjual kayu dengan variasi tinggi yang selama ini diyakini hanya bisa dijual secara konvensional. Penjualan secara online selama ini dipersepsikan hanya untuk produk-produk yang variasinya tidak tinggi. Tetapi melalui proses ujicoba dan mekanisme ketat, Perhutani bisa mewujudkan penjualan kayu secara online melalui online Toko Perhutani. Melalui mekanisme online ini transaksi jual beli kayu menjadi transparan.
Denaldy menuturkan, pada saat dirinya masuk ke Perhutani akhir bulan Agustus 2016, kondisi perusahaan beberapa tahun terakhir menunjukan kinerja yang terus memburuk dari sisi kinerja keuangan, operasional serta kualitas sumber daya hutan. Data statistik lima tahun terakhir (2010-2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut dan tahun 2016 merupakan tahun tersulit, yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap eksis. “Ketika perusahaan tidak sehat, menyelesaikan masalahnya tidak bisa dengan pendekatan biasa dan parsial tetapi harus dilihat pula bagaimana struktur organisasi, operasional, keuangan dan budaya kerja yang ada di perusahaan selama ini,” jelas dia.
Pembenahan juga dilakukan dengan melakukan restrukturisasi organisasi perusahaan mengikuti prinsip the right people on the right place dan melakukan asesmen sumber daya manusia. Perubahan struktur organisasi diarahkan untuk menguatkan fungsi kemandirian finansial maupun kelestarian sumberdaya hutan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi, menguatkan lini usaha non-organik, menguatkan kapasitas organisasi melalui pe-ngembangan usaha dan sinergi bisnis dengan anak perusahaan, serta memperkuat hubungan dengan stakeholders.
Denaldy menjelaskan, kekuatan struktur organisasi baru Perhutani sekarang akan lebih responsif dalam kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan atas dinamika yang terjadi, inovatif dalam pengembangan nilai tambah produk kepada stakeholders, market centric pada kebutuhan pasar domestik maupun internasional, eco concern business dalam memenuhi tuntutan pelestarian sumberdaya hayati untuk sasaran finansial sesuai amanat stakeholders, dan cost efficient lintas fungsional dalam menjaga efisiensi perusahaan.
“Target jangka pendek transformasi, perusahaan dapat tumbuh secara normal ditandai dengan kemampuan pemenuhan kewajiban perusahaan dan peningkatan penjualan. Diharapkan Perhutani dapat tumbuh secara normal pada akhir 2018,” kata Denaldy.
Dia melanjutkan, saat ini Perhutani memasuki tahap ke empat transformasi yaitu restrukturisasi bisnis. Langkah ini dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu revitalisasi existing business dan new business development. Untuk existing business yang dipertahankan akan dilakukan rebranding ecotourism, sedangkan bisnis yang tidak menguntungkan dikaji ulang, seperti usaha air minum dalam kemasan dan industri kayu.
Perhutani juga akan mengembangkan wisata alam kelas dunia bekerjasama dengan investor. Salah satu yang akan dikembangkan berada di kawasan Sentul Bogor seluas 600 hektare.
Selain itu, Perhutani akan membangun bisnis biomass karena prospek energi terbarukan ini sangat menjanjikan dan ramah lingkungan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan woodpellet di dunia pertumbuhannya sebesar 2,7 juta ton per tahun (2010-2025). Kebutuhan woodpellet Korea Selatan sekarang banyak dipasok oleh Vietnam, sedangkan rata-rata ekspor Indonesia ke Korea Selatan baru mencapai 70.000 ton per tahun.
Untuk itu saat ini Perhutani bekerjasama dengan Korea Western Power (KWP) membangun Power Plant berbasis biorrfassa untuk Pabrik Sagu Perum Perhutani, Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Kerjasama tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200ribu Ha yang akan menghasilkan 3.2 juta MT woodchips. Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1.6 juta MT wood pellet, artinya energi biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp 2 triliun per tahun.
Demikian juga Perhutani menindaklanjuti kerjasama penanaman tanaman fast growing species (FGS) jenis sengon, Acacia mangium, Gmelinia arborea seluas 7.424,19 Ha dengan perusahaan Korean Indonesia Forestry Centre (KIFC) anak usaha National Foresty Cooperatives Federation (NFCF) dan kerjasama dengan Korean Forestry Promotion Institute (KoFPI) untuk penanaman tanaman energi.
Beberapa investor Korea Selatan lainnya juga berminat untuk kerjasama Proyek Biomassa Perhutani Group. Pihak yang berminat dan telah membahasnya dengan Perhutani adalah Hyundai Corp, Aju Corp, GS EPS, UC Plant, dan Korbi. Selain itu Perhutani juga bertemu dengan investor dari Jepang yang tertarik membeli energi woodpellet dalam jumlah besar untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap energi nuklir.
Sumber: Agro Indonesia, hal. 15
Tanggal: 30 Mei 2017