BISNIS.COM (31/05/2019) | Perum Perhutanan Indonesia atau Perhutani mencatatkan laba bersih sebesar Rp654 miliar pada 2018 atau naik Rp216 miliar atau 49,31% dibandingkan dengan 2017 sebesar Rp438 miliar.
Sekretaris Perum Perhutani Asep Rusnandar menyampaikan bahwa laba bersih yang diraih perusahaan pelat merah tersebut meningkat sekitar 49% dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. “[Tahun 2017] laba bersih Perhutani Rp438 miliar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (28/5).
Kenaikan laba tersebut juga didorong oleh naiknya pendapatan. Pendapatan Perum Perhutani tahun ini naik sekitar 21% menjadi Rp4,4 trilun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp3,65 triliun.
Asep mengatakan bahwa kenaikan laba bersih dan pendapatan tersebut didorong oleh tiga faktor.
Pertama, penerapan business process reengineering (BPR) di berbagai lini usaha dengan fokus pada perbaikan kualitas, kecepatan, dan biaya.
“Kedua, kegiatan pengembangan wisata termasuk melakukan standardisasi usaha pengelolaan wisata [rebranding canopy].”
Ketiga, ekstensifikasi dan perbaikan tata kelola agroforestri dan revitalisasi industri kayu.
Dia menjelaskan, dalam hal tata kelola agroforestri, pihaknya melakukan penertiban pelaksanaan kegiatan di lapangan, serta menjalankan transparansi dan legalitas dalam pembagian hasil ekstensifikasi tebu yang bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (Persero).
“Kami juga bekerja sama dengan pihak swasta untuk melakukan intensifikasi pemanfaatan kopi,” jelasnya.
Perum Perhutani juga menandatangani nota kesepahaman dengan CV Nutrima Sehat Alami untuk membangun pusat pembibitan (breeding center) lebah tanpa sengat di Jawa Barat dan Banten.
Perhutani berharap agar kerja sama yang baru dilaksanakan di Jawa Barat dan Banten ini ke depan dapat diimplementasikan di seluruh wilayah kerja Perum Perhutani.
CV Nutrima Sehat Alami merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan herbal dengan produk turunan berupa obat tradisional, farmasi, kosmetik, dan industri makanan.
Selain itu, kerja sama tersebut diharapkan dapat mengerek pertumbuhan pendapatan dari komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan.
Kemudian, dalam hal tata kelola industri kayu, Perhutani melakukan perbaikan mesin dan penambahan alat produksi serta merekrut tenaga profesional untuk mengembangkan potensi hasil kayu mereka.
Perhutani mencatat produksi kayu bulat mereka pada tahun lalu mencapai 1,28 juta m3 atau naik 180.000 m3 dibandingkan dengan hasil produksi pada 2017 sebanyak 1,1 juta m3.
Sumber : bisnis.com
Tanggal : 31 Mei 2019