RRI.CO.ID (13/03/2019) | Komoditas tanaman keras tegakan jenis kopi merupakan bagian dari keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan yang dikonversi melalui skema Agroforestry (tanaman kayukayuan).

“Skema agroforestry yang didanai APBN selain memiliki nilai ekonomis terhadap maayarakat yang terlibat didalamnya juga sekaligus sebagai program pemerintah untuk mengatasi lahan kritis dikawasan hutan lindung,” ujar Administratur KPH Perhutani Garut Nugraha, Rabu (13/3/2019).

Menurut Nugraha,perbaikan lahan kritis bisa.berhasil apabila mampu melibatkan masyarakat yang bisa bwrkecimpung dan memberikan kontribusi terhadap pemamfaatan hutan.

“Program agroforestry yang tersebar di 8 BKPH di Garut ini dengan luasan 6728 hektar merupakan program keinginan pemerintah untuk melestarikan kondisi lahan hutan di daerah jawa termasuk Garut di dalamnya,” paparnya.

“Program agroforestry ini merupakan program perluasan yang memiliki kapaaitas yang lebih beaar lagi dari program PHBM dan kini menjadi program perhutanan sosial dibawah kementrian kehutanan saat ini,” jelasnya.

Dibagian lain,menurut Nugraha agroforestry tersebut juga diharapkan bisa menjadi lahan konservasi yang tinggi terhadap lingkungan.

“Bukan hanya kopi tetapi program rehabilitasi agroforestry juga berupaya untuk memberdayakan potensi khas kearifan lokal seperti halnya jeruk Garut,dan sebagian lahan produksi lahan hutan lindung dikawasan lahan kritis telah ditanami oleh hamparan jeruk Garut,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini ADM Perhutani Nugraha menaruh harapan dan mengajak terhadap maayarakat untuk bekerjasama bersama pemangku kepentingan pemerintah guna menjaga dan melestarikan hutan.

“Kita harus berkaca pada catatan buruk pada tahun 2016 lalu dimana Garut dilanda benvana banjir bandang yang menwaskan puluhan orang dan merugikan hingga puluhan miliar rupiah oleh karena itu kami.mengajak.maayarakat untuk menjaga serta melestarikan hutan dan stop penebangan hutan liar,” katanya.

 
Sumber : rri.co.id
Tanggal : 13 Maret 2019