Sebagai Dirut baru di Perhutani, Bambang bertekad memberi warna baru di perusahaan plat merah ini. Perhutani harus berubah ke arah yang lebih baik. Akhir Juli lalu Kementerian BUMN melakukan perombakan direksi dan komisaris di 13 BUMN. Salah satu BUMN yang dirombak jajaran direksinya adalah Perum Perhutani. Kini BUMN yang bergerak di bidang kehutanan itu dipimpin oleh Bambang Sukmananto. “Saya tidak menyangka dipercaya untuk menduduki jabatan ini,” katanya. Diakui, jabatan yang saat ini didudukinya merupakan amanah yang harus dijaga dengan sunguh-sungguh.
Sebelum pengumuman resmi dari kantor Kementerian BUMN pada Senin 25 Juli, Bambang memang mendengar rumor bahwa dirinya akan menjabat salah satu direksi di BUMN. Karena itu, sejak sehari sebelumnya ia diwanti-wanti untuk tidak pergi ke luar kota. “Padahal pada hari Minggu saya sudah bersiap untuk pergi ke Kalimantan untuk urusan dinas,”katanya. Benar saja, pada Senin sore mereka yang dipercaya menjabat sebagai direksi dan komisaris baru di BUMN di-briefing di Kementerian BUMN. Saat itulah Bambang mendapat kepastian bahwa ia mendapat jabatan baru sebagai komandan di Perhutani. Tak menunggu lama keesokan harinya Bambang pun resmi dilantik menjadi Direktur Utama Perum Perhutani.
Meski terkesan mendadak, proses pencarian direktur baru Perhutani sudah dimulai sejak November tahun lalu. Saat itu Bambang yang masih menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Kementerian Kehutanan. “Saya tergolong orang terakhir yang mendaftarkan diri untuk mengikuti fit and proper test,”katanya. Saat itu ada 43 orang yang mengikuti tes kepatutan dan kelayakan untuk menjaring calon direksi Perhutani. Proses ini berjalan antara November hingga Januari.
Setelah melewati beberapa tes sampailah pada bagian wawancara. Saat diinterview oleh Deputi Menteri BUMN, Bambang sempat ditawari jabatan sebagai salah satu direktur di Perhutani. Namun tawaran itu ditolaknya. Menurut Bambang, dirinya tidak akan mampu memberikan kontribusi yang maksimal kepada Perhutani. Bila hanya ditugaskan untuk menjadi direktur ia lebih memilih untuk tetap bertahan di Kementerian Kehutanan, sebab dengan posisinya saat itu masih dapat membantu Perhutani tanpa harus ia berada di dalamnya. Untuk diketahui, Perhutani sangat berhubungan erat dengan Direktorat Jendral Bina Usaha Kehutanan. Tak dinyana penolakannya itu malah mengantarkanya untuk mengikuti tahap selanjutnya yakni wawancara langsung dengan Menteri BUMN.
Saat wawancara berlangsung, Bambang ditanya oleh Pak Menteri, mengapa masih tertarik untuk menjabat sebagai Dirut Perhutani. Padahal, posisinya di Kementerian BUMN sudah tergolong tinggi. Jawaban yang terlontar dari Bambang cukup sederhana tapi penuh makna. “Saya ingin membawa Perhutani menjadi lebih baik,”ujar Bambang. Menurutnya sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak 1897, Perhutani tergolong perusahaan yang sudah mapan (settle).
Lazimnya perusahaan yang mapan enggan melakukan perubahan, padahal banyak contoh yang membuktikan perusahaan besar yang ambruk karena lupa untuk melakukan perubahan. Untuk itulah Perhutani harus memiliki pemimpin (direktur utama) yang mengingatkan pentingnya melakukan perubahan.
Begitu menjabat menjadi Dirut, bukan berarti pekerjaan Bambang menjadi ringan. Sebaliknya ibarat sopir mobil, Bambang langsung menggunakan gigi empat. Harus kerja ekstra cepat dan keras. Pasalnya rencana kerja BUMN ini sudah terlambat tujuh bulan dari yang sudah direncanakan. Itu terjadi karena baru pada Juli lalu Perhutani memiliki Dirut definitif, sebelumnya posisi Dirut diisi oleh pejabat pelaksana tugas (Plt). “Saya juga mengajak seluruh jajaran direksi untuk langsung tancap gas,”kata Bambang.
Pekerjaan rumah lainnya yang sudah menunggu adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk yang berada di sekitar hutan jati yang dikelola BUMN ini. Di sekitar hutan Perhutani ada sekitar 5.550 desa yang dihuni oleh lebih dari 30 juta orang yang tergolong penduduk miskin. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi Perhutani di bawah komandan yang baru. Sebab, bila tidak bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, keberadaan hutan jati Perhutani terancam pengerusakan dan penjarahan.
Di bawah kepemimpinan Bambang, Perhutani akan mulai memaksimalkan sumber daya non kayu yang dimiliki BUMN ini. Untuk diketahui, Perhutani memiliki lebih dari 145 lokasi wisata alam yang tersebar di Pulau Jawa. Seperti misalnya rekreasi hutan, pantai, air terjun, telaga, maupun kawah. Wilayah kerja Perum Perhutani yang tersebar dari hutan pantai hingga hutan pegunungan menyuguhkan pemandangan alam yang sangat menarik serta alami sehingga merupakan aset yang potensial bagi pengembangan usaha wisata alam. Belum lagi sumber mata air pegunungan yang dimiliki, yang berpotensi menjadi sumber air minum dalam kemasan. Peternakan lebah yang menghasilkan madu serta ulat sutra juga belum digarap maksimal. “Potensi yang kami miliki memang cukup banyak, tapi itu tadi belum dikelola secara maskimal,” kata Bambang.
Pria kelahiran, Purwokerto, Jawa Tengah, 52 tahun yang lalu ini memang sejak muda telah tertarik dengan dunia kehutanan. Boleh jadi, ketertarikan itu karena kakaknya menjadi salah satu staf pengajar di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Oleh karena itulah, kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kehutanan IPB. Kala itu pemerintah memang tengah gencar memanfaatkan hutan. Berbagai proyek bantuan dari berbagai lembaga internasional pun mengalir ke sektor kehutanan. Sehingga mahasiswa yang menekuni bidang ini relative mudah untuk mendapatkan beasiswa. Nyatanya selama belajar di IPB, Bambang memang mendapatkan beasiswa.
Selepas menyelesaikan pendidikan S1 pada 1983, ayah tiga orang anak ini diterima bekerja di Kementerian Kehutanan. Selanjutnya pada 1992, ia berhasil meraih gelar Master of Science dari Ateneo De Manila University, Manila, Philipine. Gelar doktor ekonomi pun diraihnya pada 2007 setelah menamatkan jenjang pendidikan S3 di IPB.
Di waktu luangnya selain membaca buku, Bambang pun gemar bersepeda. Di setiap akhir pekan (Sabtu atau Minggu) ia pun menyempatkan diri mengayuh sepeda keliling kabupaten Bogor bersama rekan-rekannya.”Biasanya sih menghabiskan waktu sekitar empat jam,”ujarnya sambil tersenyum. Selain bersepeda, kegemaran lainnya adalah berkebun. Tak heran bila di halaman rumahnya yang terletak di Bogor terlihat asri dan teduh karena ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman. Mulai dari pohon jati, rambutan, berbagai jenis anthurium, caladium dan tanaman hias lainnya. Kepedulian mantan Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango ini akan lingkungan sekitarnya juga cukup tinggi. Itu sebabnya Bambang hinga kini masih dipercaya menjadi Ketua RW, “Hingga sekarang belum ada tuh yang mau menggantikan saya sebagai Pak RW”, katanya sambil tertawa.
Nama Media : BUMN TRACK
Tanggal       : No. 50 Tahun V September 2011, Hal. 76-79
Penulis        : –
TONE           : POSITIVE