Kawasan hutan di Bandung Selatan ditetapkan pemerintah sebagai pusat pelestarian dan pengembangan kembali populasi hewan primata Pulau Jawa yang terancam punah. Hewan primata yang sangat diperhatikan adalah surili (Presbytis comata) yang merupakan kera asli Pasundan, serta lutung jawa (Trachypthecus auratus), dan owa jawa (Hylobates moloch).
Penetapan pemerintah tersebut bersamaan dengan peresmian Pusat Rehabilitasi Primata Jawa (PRPJ) yang dibangun Yayasan Aspinall, pada kawasan Perum Perhutani Unit III di Tambag Ruyung-Patura Resor, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Selasa (13/9). Peresmian dihadiri Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Darori, Kepala Unit III Perum Perhutani Bambang Setiabudi, serta sejumlah perwakilan Pemkab Bandung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), sejumlah pencinta fauna dan konsultan asal Inggris, dll.
Menurut Darori, kera surili berdasarkan penelitian di alam tinggal bersisa 4.000-6.000 ekor, yang tergolong primata endemik di Pulau Jawa. Sejauh ini, sebarannya di alam hanya ditemukan pada hutan-hutan konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat, khususnya pada pegunungan.
Begitu pula owa jawa, tergolong primata endemik yang penyebarannya hanya tersisa pada hutan konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat dan sebagian kecil di Jawa Tengah. Mereka tersebar di hutan dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 0 – 1.600 meter di atas permukaan laut.
Sementara lutung jawa tersebar pada seluruh hutan alam di Pulau Jawa, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Beberapa populasi juga ditemukan di hutan sekunder, hutan jati, dan perkebunan karet.
Soal dipilihnya lokasi pusat pelestarian primata Pulau Jawa di Bandung selatan, Darori menilai, karena kondisi hutannya yang dinilai paling lestari dan terjaga baik. Ini dinilai sangat cocok bagi perlindungan untuk habitat berbagai jenis primata Pulau Jawa.
“Upaya pembangunan dan pelestarian kembali hutan-hutan negara di Jawa Barat yang tampak serius didukung pula dengan optimalisasi pelestarian berbagai fauna primata jenis endemik Pulau Jawa. Kelestarian hutan negara di Jawa Barat agar semakin bermanfaat, bukan hanya bagi lingkungan dan manusia, juga dilengkapi berbagai satwa yang identik dengan habitatnya,” ujar Darori.
Dilepasliarkan

Ketua Yayasan Aspinall, Made Wedana mengatakan, satwa-satwa primata kera Pulau Jawa yang direhabilitasi di PRPJ, akan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Sejumlah surili, lutung, dan owa jawa, sedang direhabilitasi termasuk dua owa jawa yang disita dari masyarakat untuk dicoba dipulihkan karakternya.
“PRPJ juga sekaligus unit intensif, yang melakukan investigasi dan penertiban terhadap pemilikan dan perdagangan ilegal ketika jenis primata Jawabersangkutan. Lokasi ini juga sekaligus menjadi wahana penelitian dan mendukung kesempatan mahasiswa dalam dan luar nereri yang tertarik kepada primata Jawa,” katanya.
Sementara General Manajer Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry dan Usaha Lain Perhutani Unit III, Lies Bahunta dan Administratur KPH Bandung Selatan, Bambang Irianto mengatakan, keberadaan PRPJ sekaligus menjadi salah satu objek menarik pada wanawisata Bandung selatan.
“Namun karena PRPJ bersifat penting dan harus terlindungi, maka minat pengunjung dibatasi jumlah maupun kriteria, maupun waktunya,” kata Lies. (A-81/A-71)***
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal       : Jumat, 16 September 2011, Hal. 6
Penulis        :
TONE           : POSITIVE