KOMPAS, BANDUNG (11/4) – Kopi dari kawasan hutan di Bandung selatan diminati pasar internasional National Forestry Cooperative Federation melalui PT Korea Indonesia Forestry Cooperative membidik bisnis kopi arabika yang ditanam masyarakat desa hutan di kawasan hutan Perhutani tersebut
Ini prospek baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani hutan sebab PT KIFC (Korea Indonesia Forestry Cooperative) bersedia memasarkan kopi asal Kesatuan Pemangku Hutan Bandung selatan di Korea Selatan (Korsel).” kata Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Mochamad Arifin (45), Minggu nu 4). Kawasan hutan produksi Perum Perhutani di Bandung selatan sedikitnya memiliki 33.000 hektar tanaman kopi yang dikelola Ul LMDH.
Namun, produksinya masih 1-3 kilogram per pohon karenapemeliharaan yang intensif belum merata Ada juga beberapa petak yang sudah dikelola secara baik dan menghasilkan 5-10 kg per hektar. Pemasarannya juga belum tertata karena petani kopi hutan kerap tergiur rayuan spekulan yang membeli harga kopi jauh di bawah pasar. Untuk jenis chery yang baru dipetik, misalnya, harganya Rp 6000 per kg. Padahal, jika diproses menjadi gabah (kering), harganya bisa Rp 24.000-Rp 25J0OO per kg. “Kalau kopi diproses menjadi green bean, harganya bisa mencapai Rp 80000 per kg,” ujar Arifin. Satu LMDH beranggotakan le-bih dari 100 warga desa hutan. Pekan lalu, tim dari NFCF sudah berkunjung ke Bandung selatan untuk menggali informasi mengenai kualitas kopi, tata cara pengelolaan kopi, serta budidaya masyarakat desa hutan yang melakukan pertanaman kopi
Lee Seok Hyung, Chairman NFCF, menjelaskan, KIFC sedang mengembangkan kafe hutan di Korsel. Selama ini, kopi di Korsel berasal dari luar negeri, biasanya dari Brasil. “Kita mau perkenalkan kopi asal Bandung dan harus ada cerita soal bu-didayanya serta tentang masyarakat yang pengelolanya,” kata Lee pada penandatanganan kerja sama bisnis kopi dan penanaman kopi di kawasan hutan KPH Bandung Selatan.
Menurut Lee, kopi asal Indonesia yang dikonsumsi warga Korsel dikenal dengan sebutan kopi Preanger yang bersumber dari wilayah Bandung selatan, tetapi jumlahnya sangat kecfl.
Korsel ada di peringkat ke-6 dunia dalam hal konsumsi kopi Rata-rata penduduk Korsel mengonsumsi kopi 218 cangkir setiap tahun.
Selain itu, buah manggis (Car-cinia mangostana) asal Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, juga sukses menembus pasar Eropa. Permintaan buah manggis organik itu meningkat setiap tahun.
“Ini adalah buah kesabaran dan ketekunan petani memperbaiki pola tanam hingga perlakuan pasca panen. Sebelumnya, konsumen Eropa lebih mengenalbuah asal Thailand, tetapi sekarang mereka jatuh hati dengan manggis Tasikmalaya. Tidak hanya manggis, mereka juga meminta dikirim L2 ton jeruk purut {Citrus hystrbc) dari Puspahiang,” kata Ketua Kelompok Hurip Mukti dan tokoh petani manggis asal Puspahiang, Aji Gunawan, di Tasikmalaya, Minggu.
Kabupaten Tasikmalaya termasuk salah satu sentra manggis Jawa Barat Di Tasikmalaya terdapat 475327 pohon manggis yang diolah sekitar 85 000 petani Produktivitasnya 8-10 ton per hektar sekali panen. (DXflJ/CHE)
Sumber : Kompas
Tanggal : 11 April 2016