KONTAN.CO.ID (13/5/2017) | Kepemimpinan Denaldy Mulino Mauna membawa angin segar di dalam di Perusahaan Umum (Perum) Perhutani. Setelah sembilan bulan menjadi direktur utama di perusahaan kehutanan pelat merah itu, kondisi keuangan Perhutani mulai sehat. Pengalaman mengelola keuangan merupakan modal Denaldy untuk membenahi Perhutani.
Industri kehutanan bukan bidang baru bagi Denaldy Mulino Mauna. Sebelum mengambil alih tongkat kepemimpinan di Perum Perhutani, ia sudah lama merintis karier di perusahaan kehutanan. Kepiawaiannya mengelola keuangan perusahaan merupakan nilai plus baginya untuk memimpin Perhutani.
Pengalaman bekerja di PT Triputra Agro Persada yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan karet selama 11 tahun sangat berguna bagi Denaldy untuk memimpin Perhutani. Dengan jabatan terakhir sebagai Head of Group Finance Operation di Triputra Agro, Denaldy sudah siap menahkodai Perhutani dan membawanya bergerak lebih cepat.
Hal pertama yang dilakukan Denaldy saat ditunjuk menjadi orang nomor satu di Perhutani pada 24 Agustus 2016 adalah membenahi internal perusahaan, khususnya dalam pengelolaan keuangan. Ia langsung melakukan penghematan anggaran perusahaan.
Denaldy memutuskan melakukan penghematan anggaran operasional. Untuk menyehatkan keuangan perseroan, Denaldy pun menyimpan dana darurat yang ada.
Selain itu, pria kelahiran Paris ini memotong anggaran fasilitas yang dianggap berlebihan. Anggaran yang mengalami pemangkasan seperti biaya dinas luar kota. Kelas hotel yang dipilih tempat menginap pun diturunkan. Bahkan, ia rela satu kamar dengan karyawannya saat ada dinas ke luar kota untuk menghemat biaya. “Canggung pasti, tapi kita harus tunjukkan untuk bisa survive,” ujarnya kepada KONTAN belum lama ini.
Lulusan jurusan Akuntansi dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini sejak awal sudah berkomitmen untuk melakukan pembenahan internal, sebelum mendorong perusahaan meraih keuntungan. Sebab saat mengambil alih kepemimpinan perseroan, kondisi keuangan perusahaan masih merah.
Untuk memetakan persoalan yang ada dan memahami kondisi serta gaya kerja internal perusahaan yang menjadi holding perusahaan kehutanan tersebut, Denaldy berinteraksi langsung dengan karyawan. Melalui interaksi tersebut, Denaldy menyampaikan perubahan yang ingin diterapkannya. Ia mengakui proses ini memang tidak mudah dijalankan.
Ia mengaku sempat menghadapi penolakan. Bahkan, ia mendapat berbagai teror dari pihak-pihak yang merasa sudah nyaman dengan kondisi perusahaan. Namun ia tak menyerah. Ia menyadari tanpa perubahan, Perhutani tak akan pernah maju. Untuk itu, ia bersikeras mendobrak gaya kerja yang lama untuk kemajuan perusahaan.
“Dalam waktu dua minggu saya putar dan ubah budaya dan orangnya. Ada yang tidak terima soal surat pengangkatan, menganggap posisinya jelek, dan itu terjadi,” tutur Denaldy.
Pembenahan internal tersebut membawa hasil. Perhutani mampu mencetak keuntungan selama tiga bulan pertama tahun 2017. Kini, bisnis Perum Perhutani pun dibilang stabil.
Untuk memajukan perusahaan, ayah dua anak ini memilih fokus menggarap bisnis utama Perhutani yakni bisnis kayu, gondorukem, minyak kayu putih, agro foresty dan agro wisata. Untuk tiga lini bisnis utama, Denaldy terus melakukan kajian komprehensif sembari melakukan kerjasama dengan beberapa pihak.
Selain itu, Denaldy berniat mengembangkan agroforesty sebagai lini bisnis Perhutani. Dengan pengembangan agro foresty, Perhutani dapat mendukung program pemerintah untuk mencapai ketahanan dan swasembada pangan. Denaldy juga berjanji akan tetap mempertahankan fungsi hutan sembari memanfaatkannya dengan menanam komoditas pangan.
Pengembangan bisnis agro wisata juga terus dilakukan. Dalam bisnis Agro Wisata ini, Denaldy ingin membangun lahan wisata hutan seperti jurassic park. Rencananya, lahan Perhutani di Sentul seluas 600 hektare akan dikembangkan.
“Nantinya akan dijadikan hutan dengan model futuristic technology. Akan dilihat lagi apakah akan memasukkan games seperti mencari Pokemon. Atau, pengunjung diberikan gelang identitas yang di dalamnya ditaruh berbagai kamera untuk merekam kegiatan pengunjung,” jelas dia.
Fokus Kelola Keuangan
Kepiawaian Denaldy dalam mengelola perusahaan tak lepas dari pengalamannya di bidang keuangan. Selain menyandang gelar Sarjana Akuntansi, ia juga pernah menjadi direktur komersial dan direktur keuangan di Yudha Wahana Abadi Grup hingga menjadi deputi di PT Triputra Agro Persada. Pengalaman kerja itu yang membuat Denaldy paham betul menata keuangan perusahaan ketika memimpin Perhutani.
Pria yang pernah menjadi cover boy majalah Mode ini mengakui tak pernah menyangka akan menggeluti pekerjaan di bidang kehutanan. Setelah lulus kuliah pada tahun 1995, Denaldy sempat bekerja sebagai account executive di salah satu firma akunting swasta Bandung, Jawa Barat.
“Waktu itu tidak lama bekerja karena ada tawaran dari direktur keuangan dan informasi Bank Dunia mengenai scholarship. Bisa pilih sekolah di mana saja untuk lanjut S2,” ungkap dia.
Ujian untuk mendapat beasiswa pun berhasil ia lalui. Kemudian ia memilih menempuh pendidikan jurusan Master of Science in Finance dan Master of Business Administrasion in International Business di Universitas Maryland, College Park, USA.
Setelah lulus, Denaldy langsung magang di US Asean Business Council di Washington DC. Tidak lama setelah itu, Denaldy memilih untuk kembali ke Jakarta. Padahal, saat itu sedang terjadi krisis di Indonesia.
Namun Denaldy berpendapat tetap ada peluang dan jaminan dari pemerintah. Karena tidak rela berjauhan dengan sang istri, dia pun kembali ke Jakarta dan ditempatkan di Danareksa. Tetapi, tidak sampai satu bulan, Denaldy ditempatkan di Prakarsa Jakarta.
Untuk membereskan industri dalam negeri yang berantakan diterjang krisis moneter, pemerintah membentuk dua lembaga yaitu Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Prakarsa Jakarta. BPPN berfungsi sebagai lembaga restrukturisasi perbankan, sedang Prakarsa Jakarta berfungsi memfasilitasi restrukturisasi perusahaan.
Selama kurang lebih lima tahun, Denaldy menjalani pekerjaan sebagai case manager di Prakarsa Jakarta. Di sini, Denaldy belajar mengemban pekerjaan dari pemerintah. Ia juga mendapat peluang untuk mengurus persoalan sejumlah perusahaan yang bermasalah dan perlu direstrukturisasi.
Setelah lima tahun di Prakarsa Jakarta, pada tahun 2004, Denaldy memilih bekerja di US Agency for International Development sebagai project management specialist. Di lembaga milik Pemerintah Amerika Serikat yang mengurus pertumbuhan ekonomi itu, Denaldy banyak mengerjakan proyek pengembangan revitalisasi ekonomi. Selama setahun, Denaldy membantu pengadilan tata niaga sembari menyelesaikan master of law in business, di Universitas Padjajaran, Bandung.
Karena ingin mencari tantangan baru yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Denaldy pun tak melepaskan peluang untuk bergabung dengan Grup Triputra. Sejak bergabung di tahun 2005, Denaldy bekerja di berbagai anak perusahaan Triputra. Menurutnya, bekerja di mana pun dengan fundamental dan pengalaman soal aspek keuangan, organisasi, akan memberi proses pembelajaran yang baru.
Berkat kerja kerasnya, Denaldy pun diminta bekerja di PT Agro Maju Jaya. Posisi yang disematkan pada Denaldy tidak jauh dari beberapa pengalaman kerja sebelumnya, yaitu kepala grup operasional keuangan PT Agro Maju Jaya. Baginya tidaklah sulit untuk membawahi pembenahan dan pekerjaan tersebut. Sebab, melakukan pekerjaan yang sangat sulit di Jakarta Inisiatif saja bisa ia lalui.
“Di Prakarsa Jakarta, saya banyak melakukan pembenahan mulai dari buku merah, pinjaman tidak dikembalikan, rupiah depresiasi, investor kabur, kreditur kabur, sampai bisnis macet. Nah, masuk di Agro Maju, pengalaman pembenahan itu saya terapkan dan belajar lebih lagi,” tuturnya.
Menurut pengakuan Denaldy, berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain justru memberi pelajaran baru. Tak hanya menambah pengalaman, tetapi juga memberi bekal untuk masuk ke bidang pekerjaan yang lain. Ia mencontohkan di Agro Maju, ia belajar untuk membentuk orang dengan perubahan yang akan dilakukan perusahaan.
Mengarahkan dan membentuk orang bagi Denaldy adalah hal yang tak mudah. Selain proses rekrutmen yang dilakukan di awal, mengajak orang untuk berubah sesuai arah perusahaan tidak dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memberi tahu apa yang diinginkan perusahaan. “Di situ mendorong konsep pemimpin ciptakan pemimpin,” kata Denaldy.
Awalnya, Denaldy berpikir apabila menciptakan pemimpin baru akan menggeser posisi pemimpin yang sudah ada. Namun, setelah mengikuti beberapa training, terbesit dalam benaknya bahwa proses pengembangan organisasi itu, yang membawa perusahaan semakin maju dan berkembang.
Sumber: kontan.co.id
Tanggal: 13 Mei 2017