Perum Perhutani berencana mengembangkan tanaman porang mulai tahun ini di area seluas 1.200 hektare (ha). Tanaman yang bisa ditanam di sela pohon jati ini akan dikembangkan di sepuluh daerah di Jawa Timur. Porang (Amarphopallus oncophilus) adalah tanaman yang masuk keluarga iles-iles dan bunga bangkai. Tanaman ini menghasilkan umbi yang memiliki kandungan Glucomanan yang cukup tinggi. Umbi tersebut banyak diekspor ke Jepang untuk diolah menjadi makanan konyaku (tahu) dan shirataki (mie).

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku telah memerintahkan Perum Perhutani untuk mengembangkan tanaman porang. Tanaman ini akan menjadi tambahan pendapatan bagi perseroan maupun bagi petani setempat. Tanaman ini bisa ditanam di sela-sela pohon jati, yang biasanya hanya ditanam jahe, temulawak, kunyit, ataupun jarak.

“Tanaman porang ini hasilnya minimal bisa 10 kali lipat dari jahe. Bisa mengentaskan kemiskinan warga setempat,” ujar Dahlan di Jakarta, Selasa (29/1). Menurut Dahlan, tanaman Porang ini merupakan tanaman yang menguntungkan dari segi bisnis.Dengan sistem tumpang, tanaman ini akan memberikan tambahan pendapatan bagi petani sekitar, baik ditanam secara menumpang ataupun dikembangkan sendiri. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan, Perum Perhutani akan mengembangkan tanaman porang seluas 1.200 ha pada 2013, kemudian diperluas menjadi 6.000 ha pada 2014. Tanaman ini akan dikembangkan di 10 daerah di Jawa Timur.

”Bila bisa dikembangkan secara benar, maka daerah tersebut akan menghasilkan 11.792,3 ton porang,” jelas dia. Menurut Bambang, tanaman porang ini adalah sejenis umbi-umbian yang tumbuh di bawah tegakan jati, sonokeling, dan mahoni. Tanaman ini banyak dikembangkan di Nganjuk, Saradan, Madiun, dan Bojonegoro. Selama ini, bisnis tanaman porang seringkali terkendala bibit karena tanaman ini sulit ditemukan di lapangan. ”Dengan investasi awal Rp 31 juta, maka (tanaman) ini bisa menghasilkan laba kotor Rp 38,9 juta dalam tiga tahun.

Selanjutnya tinggal pemeliharaan saja,” tambah dia. Dahlan sempat meminta penjelasan terkait tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR). Setelah dihitung-hitung oleh pihak Perhutani, tingkat IRR tanaman porang mencapai 54%. “Bisnisnya (sambil) tutup mata saja bisa jalan. IRR 20% saja sudah jadi rebutan. Apakah ini perlu didiskusikan? Berarti nggak perlu ya. Bank manapun pasti akan rebutan untuk membiayai,” kata dia. (nti)

Investor Daily hal.26 ::: 30 Januari 2013