BISNIS INDOENSIA, JAKARTA (25/8/2016) | Perum Perhutani memiliki nakhoda baru setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara menunjuk direktur utama dan ketua dewan pengawas perseroan kehutanan yang baru untuk periode 2016-2021.
Denaldy M. Mauna ditetapkan sebagai Direktur Utama menggan­tikan Mustoha Iskandar. Mustoha mendapatkan jabatan baru sebagai Ketua Dewan Pengawas yang sebelumnya diisi oleh Direktur Jenderal Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hadi Daryanto.
Sekretaris Perusahaan Perhutani John Novarly mengatakan, serah terima jabatan Denaldy telah dilakukan pada Rabu (24/8) di Kantor Kementerian BUMN. Denaldy akan memimpin perusahaan pelat merah itu selama lima tahun ke depan.
“Denaldy M. Mauna secara definitif menggantikan Pak Mustoha Iskandar yang sudah habis masa jabatannya di periode pertama,” katanya kepada Bisnis melalui pesan singkat. Rabu (24/8).
Mustoha dan Hadi Daryanto yang dihubungi terpisah mengonfirmasi pemberhentian mereka dari jabatan lama. “Saya sudah tidak lagi jadi Dirut Perhutani sejak 26 Juli 2016. Sekarang jadi Ketua Dewan Pengawas.” kata Mustoha.
Denaldy merupakan orang dari luar perusahaan pelat merah tersebut Pria berlatar belakang profesi hukum itu pernah menjadi Ketua Pusat Mediasi Nasional.
Denaldy berjanji akan memba­wa Perhutani sebagai induk BUMN kehutanan yang berkontribusi lebih besar bagi Indonesia.
Tugas pertama kali yang akan saya lakukan mencari masalah pokok. Lalu ditindaklanjuti, ka­tanya dalam akun Thitter resmi Kementerian BUMN, Rabu.
Perhutani merupakan induk dari PT Inhutani I, PT Inhutani II, PT Inhutani III, PT Inhutani V, PT Inhutani V, dan tiga perusahaan lainnya. Dalam Rencana Jangka Panjang Perum Perhutani Holding 2015-2019, perusahaan itu me­nargetkan pada 2019 dapat meraup pendapatan konsolidasi sebesar Rpll.51 triliun atau tumbuh rata-rata 29,72% per tahun.
Pada 2015. Perhutani berhasil mengumpulkan pendapatan secara konsolidasi sebesar Rp4,11 triliun turun 11% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih perseroan pada tahun lalu juga merosot dari Rp385 miliar menjadi Rp273 miliar.
Perhutani (di luar anak usaha­nya) berhasil meraup Rp3,7 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari portofolio nonkayu yakni Rpl,89 triliun. Adapun, pendapatan dari kayu tebangan Rp 1,47 triliun dan kayu olahan Rp348 miliar.
Pada tahun lalu, Perhutani memproduksi 791.240 meter kubik kayu dengan rincian 398.584 meter kubik kayu rimba dan 392.657 meter kubik kayu jati. Jumlah total produksi sendiri merosot dari 918.587 meter kubik pada 2014.
Sebelumnya, Mustoha Iskandar mengatakan, tahun ini Perhutani memang akan memproduksi kayu lebih kecil dibandingkan pada 2015 yakni hanya sebanyak 600.000 meter kubik. Kendati volume menciut, dia optimistis, nilai penjualan sanggup mencapai Rp2 triliun atau naik dari angka Rp 1.47 triliun.
Menurutnya, langkah tersebut sudah sejalan dengan rencana jangka menengah perusahaan untuk mengurangi kontribusi lini bisnis kayu. Pada 2019, kontribusi kayu diharapkan hanya 25% dari pendapatan perusahaan.
“Produksi kayu harus turun untuk menunjukkan bahwa kami peduli dengan perbaikan sumber daya hutan di Jawa,” katanya.
Perhutani akan fokus menggarap bisnis nonkayu seperti jasa ling­kungan dan ekowisata. Perhutani juga mengupayakan penghiliran dengan menggandeng industri olahan kayu agar menggenjot nilai tambah. (Samdysara Saragih)

Tanggal : 25 Agustus 2016
Sumber : Bisnis Indonesia, Hal – 31