Pikiran Rakyat, Jawa Barat: Produksi diharapkan lancar, dari masa penanaman jagung yang kini dilakukan di sejumlah kabupaten di Jawa Barat, pada Desember 2015 ini.

Kepala Seksi Serealia Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Poppy Farida, di Bandung, Kamis (10/12/2015) mengatakan, penanaman jagung sedang dilakukan terutama di Sumedang, Majalengka, Garut. Sukabumi, Bandung, Indramayu. dan Kuningan. Ini merupakan upaya pemenuhan pasokan jagung, teintama hibrida lokal, baik untuk keperluan industri pakan, makanan, dll, secara lokal Jawa Barat.

Disebutkan, penanaman jagung pada Desember ini, sekaligus menjawab bahwa selama ini ada anggapan lahan pembudidayaan tanaman jagung mulai sulit diperoleh. Penanaman jagung dilakukan secara kombinasi, baik pada lahan kering milik masyarakat maupun secara pengelolaan hutan bersama masyarakat di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Indramayu seluas 5.000 hektare.

Pembudidayaan jagung tersebut, sekaligus pula upaya mendukung penyediaan tiga komoditas pangan pokok di Indonesia, yaitu padi, jagung, dan kedelai (pajale). Produksinya diupayakan dihasilkan secara banyak, sebagai upaya meyakinkan penyediaan pasokan jagung lokal, sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Pengembangan areal tanaman jagung, katanya, diimbangi dengan penyuluhan cara penanaman yang lebih baik, penggunaan bibit unggul, dll. Diharapkan produktivitasnya rata-rata lebih baik dari 7,1 ton pipilan kering/hektare, sebagai upaya memacu semangat petani agar semaldn bergairah menanam komoditas jagung.

”Komoditas jagung kembali menjadi produk pertanian yang menarik diusahakan di Jawa Barat, apalagi hasil panennya sangat dicari para pengguna. Yang tinggal didorong adalah penyediaan produksi yang mampu memenuhi pemenuhan pasokan secara lokal sesuai kebutuhan,” kata Poppy.

Upaya tersebut, katanya, sekaligus sebagai salah satu langkah menghasilkan kedaulatan pangan dari komoditas jagung. Selain itu juga ditingkatkan kemampuan setelah panen berupa pengolahan pipilan kering sampai rata-rata memenuhi persyaratan pembeli.

Olahan sorgum

Sementara itu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, dikabarkan berhasil melakukan pengolahan sorgum menjadi tepung yang mampu menggantikan tepung terigu.

Pelaksana Harian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Ridwan Rachmat di Bogor, dilansir Antara, Rabu (9/12/-2015), mengatakan sorgum merupakan komoditas pangan asli Indonesia, tetapi belum banyak dibudidayakan serta dijadikan bahan pangan oleh masyarakat.

”Kami sudah memiliki teknologi penepungan sorgum ini sehingga nantinya (tepung sorgum) bisa diperbanyak oleh masyarakat,” katanya di
sela-sela pengenalan Galery Inovasi Teknologi Pascapanen atau Gerai Pascapanen.

Menurut Ridwan Rachmat, sorgum memiliki kandungan glutenin lebih rendah dari gandum sehingga secara kesehatan lebih menyehatkan daripada tepung terigu. ”Keunggulan secara teknis, sorgum dapat ditanam pada lahan kurang optimal,” ujarnya.

Upaya pengembangan sorgum sebagai pengganti jagung di Jawa Barat pernah dilakukan di kawasan Perum Perhutani maupun oleh PT Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau lestari (BUMN HL) di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Hanya, kedua pengembangan tanaman sorgum tersebut tak berlanjut, karena latar belakang pemasaran maupun kebijakan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

Sejumlah personel Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, menyebutkan, sorgum sempat dibudidayakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Indramayu. Namun panenan sorgum 2.000 hektare tersebut tak lalai ada yang beli, sehingga dijadikan pakan ternak.

Lain halnya agroforestry DAS Citarum tanaman sorgum yang pernah dibina PT BUMN HL tak dilanjutkan karena Meneteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan, mengalihkan ke luar Pulau Jawa.

Tanggal : 11 Desember 2015
Sumber : Pikiran Rakyat