BUMN nasional mengalokasikan dana Rp 4,1 triliun hingga 2014 guna menyukseskan program. ketahanan pangan nasional. Dana tersebut akan dipergunakan untuk menjaga ketersediaan lima komoditas utama yakni jagung, padi, kedelai, gula, dan daging sapi melalui Gerakan Produksi Pangan dengan sistem Korporasi (GPPK).
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengungkapkan, dana tersebut diperoleh dari komitmen-komitmen BUMN melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), corporate social responsibility (CSR), maupun kredit perbankan. “Tahun ini, kucuran dananya Rp 1,43 triliun. Pelaksanan utama program ini yakni PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan PT Pusri,” ungkap Mustafa di Jakarta, Senin (9/5).
Mustafa menjelaskan, gerakan produksi pangan dengan sistem korporasi yang dicanangkan BUMN akan melibatkan sinergi antar-BUMN maupun BUMN dengan petani. Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan produktivitas padi antara 1,0-1,5 ton/hektare (ha) untuk areal seluas 500 ribu ha dan igogb seluas 70 ribu ha dengan produktivitas 3 ton/ha di areal Perum Perhutani dan BUMN lain dengan sistem tumpang sari.
Untuk tan am an jagung ditargetkan perluasan areal jagung hibrida seluas 250 ribu hektare dengan produktivitas minimal enam ton jagung pipilan kering per hektarenya. Sedangkan untuk kedelai, menurut Mustafa, sasaran BUMN adalah peningkatan produktivitas kedelai seluas 50 ribu ha dengan produktivitas 1,25 tonl ha dengan sistem tumpang sari di areal Perum Perhutani dan BUMN lain.
“Peningkatan produksi tebu sebesar 2% pada tahun ini dan pada 2014 sebesar 20% dari tahun lalu. Kemudian peningkatan produksi gula tahun ini sebesar 23% atau 1,7 juta ton dan 68% atau 2,33 juta ton pada 2014 dari tahun lalu,” kata dia.
Mustafa mengungkapkan, peningkatan produksi sapi juga akan dilaksanakan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, VII, IX, X, XI dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Sedangkan untuk peningkatan produksi daging sapi, akan dilaksanakan dengan pengembangan village breeding center (VBC) melalui penyediaan stok bibit sapi sebesar 3 ribu ekor per tahun.
”Tahap awal, program VBC akan dilaksanakan oleh PT Berdikari dan PTPN XIV di tiga wilayah sentra produksi sapi yakni Aceh, NTT, dan Sulawesi Selatan,” urai Mustafa.
Nantinya, tambah Mustafa, pola kemitraan yang akan dikembangkan dalam GPPK adalah pola CSR berupa semua sarana produksi dibantu BUMN kemudian pola Yarnen, yakni petani dibantu sarana produksi dan dibayar setelah panen, dan pola pengelolaan BUMN dengan seluruh biaya usaha tani mulai sewa lahan sarnpai panen disediakan oleh BUMN dan hasilnya menjadi milik pengelola.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika membuka KTT Asean menekankan perlunya kerja sarna negara-negara Asean secara nyata dan efektif serta solusi yang inovatif guna menghadapi tantangan masalah ketahanan pangan dan energi. Pasalnya, fluktuasi harga pada kedua sektor tersebut memiliki korelasi sangat langsung terhadap jumlah penduduk miskin.
“Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk miskin. Sedangkan kita sangat tabu dan merasakan, bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah,” ujar Presiden dalam pidato Pembukaan KTT Ke-18 Asean di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (7/5).
Salah satu langkah cepat yang harus kita ambil adalah pelaksciiiaan Asean Integrated Food Security Framework (AlFSF) secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan,” kata Presiden.
Secara khusus, lanjut dia, yang juga perlu diperhatikan adalah ‘upaya untuk mem- formulasikan sistem cadangan pangan di Asean, yang juga memungkinkan terbantunya para petani keluar dari kemiskinan.
Tak Impor Beras
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimusho mengatakan, dengan adanya program peningkatan produksi tanaman pangan yang dilakukan oleh BUMN melalui program PKBL dan CSR, Indonesia berpeluang tidak lagi mengimpor beras pada tahun ini.
Dengan program tersebut, khusus untuk padi akan ada tambahan beras yang dihasilkan tahun ini hingga mencapai 560 ribu yang ditargetkan terhimpun pada kuartal III-2011. Tambahan tersebut rencananya dihasilkan dari intensifikasi sawah lahan kering milik PT Pertani.
”Target produksi nasional 70,6 juta ton. Jadi dengan tambahan di luar itu sebanyak 560 ribu ton, produksi padi seluruhnya pada tabun ini bisa mencapai sekitar 71,2 ton. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi impor beras,” terang Sutarto.
Sementara itu, komitmen Kementerian BUMN selama ini untuk menyukseskan ketahanan pangan hingga 2014, yakni komitmen produksi padi 3.724 ton padi dari target pemerintah 70,06 juta ton, produksi jagung 1,5 juta ton dari target pemerintah 22 juta ton, memenuhi 3.000 ekor sapi dari target pemerintah 1 juta sapi, dan produksi 600 ribu ton kedelai dari target 1,56 juta ton. (c07)
Nama Media : INVESTOR DAILY
Tanggal : Selasa, Mei 10 2011
Penulis : Efendi
TONE : NETRAL