Jakarta, Rabu , 05 Maret 2014 | Perum Perhutani mencatat hasil audit laporan kinerja keuangan tahun 2013, labanya mencapai Rp 204 Miliar atau 105% dari rencana laba yang ditetapkan perusahaan. Berdasarkan indikator penilaian kinerja, Perhutani dinyatakan berkinerja “SEHAT AA” dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2013. Demikian Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto memaparkan pada acara media pers conference di Jakarta Rabu pagi 5 Maret 2014.
Pada tahun 2013, Perhutani meraup pendapatan sebesar Rp. 3,954 Triliun dengan realisasi biaya Rp. 3,750 Trilyun atau 100 % dari RKAP 2013. Pendapatan tersebut diperoleh dari usaha kayu sebesar 48% dan non-kayu 52%. Meskipun pendapatan dari usaha non-kayu lebih tinggi prosentasenya, tetapi penyumbang terbesar pendapatan masih dari kayu tebangan sebesar Rp 1,607 Trilyun atau 116 % dari rencana dan dari penjualan luar negeri industri non-kayu sebesar Rp 1,339 Trilyun atau 137 % dari rencana. Selain itu terdapat pendapatan penjualan dalam negeri hasil hutan lainnya sebesar Rp 617 Miliar.
Capaian laba 2013 sebesar Rp. 204 miliar ini lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat laba Perhutani tahun 2012 sebesar Rp. 197 Miliar, tahun 2011 sebesar Rp. 148 Miliar , tahun 2010 sebesar Rp.156 Miliar dan 2009 sebesar Rp. 158 Miliar.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 12%. Pertumbuhan pendapatan tahun 2012 dan 2013 lebih rendah dibandingkan 2010 dan 2011, karena penurunan potensi pendapatan sektor kayu tahun 2012 dan 2013 serta penurunan harga produk non-kayu khususnya gondorukem dan terpentin tahun 2012. Rata-rata pertumbuhan biaya juga sebesar 12%, mengalami penurunan dari tahun 2012 dan 2013 karena perusahaan mengeluarkan kebijakan efisiensi dan pengendalian biaya. Rata-rata pertumbuhan laba sebesar 8% dengan capaian rupiah pertahun mengalami peningkatan. Komposisi pendapatan perusahaan selama lima tahun terakhir (2009-2013) mengalami pergeseran dari sektor usaha kayu ke sektor usaha non-kayu.
Apabila dilihat perbandingannya antara sumber pendapatan kayu dibandingkan non kayu adalah 63% : 37% (2009) menjadi 48% : 52% (2013).
Tahun ini Perhutani siap menjalankan bisnis industri hilir di Pemalang yaitu dengan beroperasinya Pabrik Derivatif Gondorukem Terpentin. Penataan industri hilir ini sejalan dengan roadmap perusahaan bahwa untuk tahun 2013 sampai 2014 adalah era penataan bisnis dan proses bisnis inti. Selama ini bisnis sektor hulu Perhutani bertumpu pada hasil hutan kayu, getah pinus dan industrinya yang masih membutuhkan penataan dan penguatan.
Pendapatan kedua setelah kayu bundar adalah dari hasil industri Gondorukem yaitu produk olahan dari getah pinus. Perhutani adalah penghasil gondorukem terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara dan produk ini adalah bahan baku utama untuk industri-industri minyak, cat, tinta printer dan industry lainnya.
Pengelolaan sumberdaya hutan diimbangi dengan aspek konservasi sumberdaya alam hayati berupa reboisasi dan rehabilitasi sumber daya hutan yang sudah menjadi komitmen dan tanggungjawab Perhutani.
Perhutani mengelola hutan di Jawa Madura seluas 2,4 juta Hektar, menjalankan bisnis hijau (green bussiness) dengan fungsi sosial dan lingkungan secara seimbang. Tidak kurang dari 5.600 desa hutan berada di sekitar wilayah kerja Perhutani yang bergantung pada usaha Perhutani di hutan. Melalui kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Perhutani telah membentuk dan bekerjasama dengan 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Selain memberikan bagi hasil produksi* untuk LMDH yang telah dilakukan sejak tahun 2002 sebagai bentuk kerjasama dengan masyarakat, Perhutani sejak 1992 juga telah melakukan pembinaan masyarakat melalui program kemitraan.
Sejak tahun 1992 sampai 2013 tercatat 14.091 mitra binaan telah mendapatkan dana bantuan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Perhutani dalam bentuk pinjaman berbunga rendah untuk modal kerja sebesar Rp 94.785.172.348,- dan hibah sebesar 17.034.938.878,-. Dana pinjaman tersebut sebagian disalurkan kepada kepada 1.851 kelompok LMDH dengan nilai Rp 17.373.750.000,- untuk wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat Banten.
Pada tahun 2014, dalam RKAP Perhutani targetkan pendapatan sebesar Rp. 4,603 Triliun dengan target laba sebesar Rp. 287 Miliar atau 140 % dari pencapaian 2013. Perusahaan terus berupaya meningkatkan kontribusi pendapatan dari sektor usaha non-kayu daripada kayu. Oleh karena itu struktur organisasi baru yang dengan tegas memisahkan pengelolaan sumberdaya hutan sebagai backbone perusahaan dan pengelolaan bisnis komersial tersebut bertujuan agar bisnis lebih fokus dan proses pelayanan kepada pelanggan lebih cepat dan lebih baik. (Korkom/Kanpus@2014)