TRIBUNNEWS.COM (21/01/2025) | Perum Perhutani KPH Blora terbuka untuk kerjasama dalam pemanfaatan kawasan hutan.

Administratur Perum Perhutani KPH Blora, Yeni Ernaningsih, menyampaikan perhutani sangat mendukung bagi masyarakat yang ingin terlibat pemanfaatan kawasan hutan. Hanya saja harus sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.

“KPH Blora dalam pemanfaatan kawasan hutan, kami sangat antusias dan mendukung.”

“Kami juga siap untuk bekerjasama dalam pemanfaatan kawasan hutan selama memang itu sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada,” katanya, Selasa (21/1/2025).

Lebih lanjut, Yeni menyampaikan untuk komoditas yang dipilih yang akan ditanam di kawasan hutan, disarankan komoditas yang bisa ditumpangsarikan dengan tanaman kehutanan.

“Jenis komoditas, tolong pilih komoditas yang memang direkomendasikan untuk bisa ditumpangsarikan dengan tanaman kehutanan,” paparnya.

Sementara untuk komoditas tebu, ada aturan tertentu jika ingin dikembangkan di kawasan hutan.

Yeni mengatakan pengembangan tanaman tebu di kawasan hutan yang melanggar aturan akan ditertibkan.

“Memang kalau kita cek di Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan (RPKH), memang ada yang boleh untuk direncanakan pengembangan tanaman tebu.”

“Jadi tidak kemudian kawasan hutan tidak boleh ditanami tebu, tapi memang ada yang boleh dan tidak boleh,” katanya.

Yeni menyampaikan untuk kawasan hutan yang diperbolehkan ditanami tebu itu yang lokasi-lokasi belum ditanami tanaman jati, misalnya baru direncanakan ditanami jati pada 2027.

Kemudian, jika mau ditanami tebu terlebih dahulu, skema yang digunakan kerjasama.

“Nah yang boleh (ditanami tebu) itu memang kami lakukan kerjasama, dan di lokasi-lokasi yang memang belum menjadi rencana tanaman kita 3 tahun terkahir.”

“Jadi yang posisinya rencana tanaman yang masih agak panjang, jadi contoh tanaman 2027 ke sana, itu mungkin bisa dikerjasamakan dulu untuk pengembangan tanaman tebu,” jelasnya.

Namun, kata Yeni, apabila nanti sudah jadi rencana tanaman kehutanan, maka penggarap lahan itu sudah harus ganti komoditas.

“Harus ganti, tidak tebu lagi, tapi mungkin komoditas yang ramah terkait dengan tanaman kehutanan,” jelasnya.

 

Sumber : tribunnews.com