DETIK.COM (02/12/2024) | Bunga Rafflesia langka ditemukan di wilayah hutan Kabupaten Purbalingga. Bunga tersebut ditemukan oleh tim Ekspedisi Sisik Naga.

Ketua Ekspedisi Sisik Naga, Gunanto Eko Saputro, menjelaskan penelitian ini dilakukan dalam dua kurun waktu dari 25-28 Oktober dan 16-28 November 2024. Rangkaian penelitian lapang Ekspedisi Sisik Naga mengidentifikasi 64 jenis burung, 13 jenis mamalia, 15 jenis odonata (capung), 9 jenis anura (katak), 5 jenis squamata dan 74 jenis tumbuhan.

“Salah satunya yang istimewa dari penelitian lapang kami adalah temuan bunga dari Keluarga Rafllesia,” kata Gunanto melalui siaran persnya yang diterima detikJateng, Senin (2/11/2024).

Gunanto menyebut setelah diidentifikasi ternyata spesies tersebut adalah Rhizantes Zippeli, tanaman berbunga cantik yang tumbuh tanpa batang, akar, daun serta tidak berfotosintesis. Mereka bisa tumbuh karena sebagai parasit di akar tanaman Tertrastigma.

“Menurut kami penemuan ini cukup menarik. Sebab, selama ini Family Rafflesiaceae dikenal lebih banyak tumbuh di Sumatra, jarang ada yang teridentifikasi di Pulau Jawa, namun, ternyata ada di Hutan Purbalingga. Ada 3 individu, lokasinya berdekatan,” terangnya.

Ia melanjutkan Rhizantes zippeli termasuk tumbuhan langka dan dilindungi yang masuk dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Artinya, dilarang diperdagangkan dalam segala bentuk perdagangan internasional.

Oleh karena itu, Ia berharap ada penelitian lebih lanjut tentang temuan tersebut. “Kami sudah melaporkan dan berkoordinasi ke peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Semoga dalam waktu dekat ini bisa ada tindak lanjut dengan penelitan yang lebih komprehensif,” terangnya.

Apa Itu Ekspedisi Sisik Naga?

Kawasan yang disebut sebagai Perbukitan Sisik Naga adalah hutan membentang di utara Purbalingga dari Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Pada perpetaan wilayah itu disebut dengan Zona Serayu Utara yang saat ini di bawah pengelolaan Perum Perhutani, KPH Banyumas Timur.

“Topografinya berbukit-bukit dan jika dilihat melalui Google Earth tampak seperti sisik-sisik naga. Oleh karena itu, pada kawasan tersebut disematkan nama ‘Perbukitan Sisik Naga’ yang merupakan benteng terakhir hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi di Purbalingga. Kami ingin melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga dan melestarikannya,” ujarnya.

Gunanto memaparkan dalam ekspedisi ini melibatkan 25 personel dari berbagai latar belakang. Seperti pecinta alam lintas komunitas, PMI, MTMA, Griya Petualang, peneliti dari Bio Explorer Unsoed, Penyuluh Kehutanan, Ranger Lokal.

Sementara itu, Peneliti Ekspedisi Sisik Naga, Ika Bhineka Lestari menambahkan, selain Rhizantes setidaknya ada 74 spesies flora, mulai dari tumbuhan bawah, semak, perdu, liana, sampai pohon yang teridentifikasi dalam ekspedisi. Pendataan dilakukan dengan analisis vegetasi untuk mendata struktur dan komposisi tumbuhan.

Kemudian, untuk faunanya, dari rangkaian penelitian lapang setidaknya telah teridentifikasi 64 jenis burung, 13 jenis mamalia, 15 jenis odonata (capung), 9 jenis anura (katak) dan 5 jenis squamata.

Hijrah Utama, peneliti Ekspedisi Sisik Naga menyebutkan dari temuan tersebut ada beberapa spesies yang masuk kriteria terancam punah. Misalnya, dari keluarga burung, ada elang Jawa (Nizaetus bartelsii), julang emas (Rhyticeros undulatus), pelatuk kelabu besar (Mulleripicus pulverulentus) atau sikatan cacing (Cyornis Banyumas).

“Dari 64 spesies, ada 7 jenis burung yang masuk kategori status IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), yaitu, vulnerable (rentan), endangered species (genting), atau bahkan critically endangered (kritis),” katanya.

Kemudian, dari sektor mamalia juga ada yang terancam punah seperti owa Jawa (Hylobates moloch), lutung (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), rekrekan (Presbytis fredericae), macan tutul (Panthera Pardus melas), serta trenggiling (Manis javanica). Selain itu, temuan capung (odonata), katak (anura), reptilia juga cukup melimpah.

“Ini membuktikan kekayaan dan keragaman flora dan fauna di kawasan Perbukitan Sisik Naga yang kondisi alamnya masih relatif cukup terjaga,” pungkas Hijrah yang juga penyuluh kehutanan setempat dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah.

Sumber : detik.com