CIANJUR, PERHUTANI (10/09/2021) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur bersama Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian, perwakilan Kantor Pusat Perhutani, Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, KPH Sukabumi dan KPH Telawa melakukan kajian untuk membahas tentang pengembangan tanaman herbal di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukanegara Selatan sebagai areal percontohan seluas 23,19 Ha, bertempat di Aula Kantor KPH Cianjur, Kamis (9/9).
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari, salah satu kegiatannya yaitu melakukan praktek penanaman tanaman herbal seperti jahe merah, jahe emprit, kunyit di areal lokasi percontohan pengembangan tanaman herbal Kantor Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat di Beunying, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.
Kepala Divisi Regional Jawa Barat dan Banten melalui Wakil Kepala Divisi Bidang Kelola Sumber Daya Hutan, Sudarwanto menjelaskan bahwa dalam upaya diversifikasi produk dan juga sebagai upaya peningkatan pendapatan perusahaan, Perhutani berencana untuk melakukan pengembangan tanaman pertanian.
“Rencana Perhutani dalam mengembangkan tanaman pertanian berupa tanaman herbal dalam kawasan hutan dengan melakukan uji coba pada areal BKPH Sukanegara Selatan dan BKPH Cianjur,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Departemen Agroforestry Kantor Pusat Perhutani, Isnin Soiban mengatakan bahwa Perhutani memiliki rencana jangka panjang (RJPP) untuk melakukan pengembangan tanaman pertanian berupa tanaman herbal dalam kawasan hutan di Jawa Barat dan Banten. Ia juga menambahkan bahwa tanaman herbal merupakan komoditi yang secara teknis dan ekonomis dapat menunjang pengembangan bahan baku obat dan diharapkan pula dapat mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
“Dalam pelaksanaannya, Perhutani menggandeng Balittro, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan) yang diharapkan dengan kerja sama ini akan meningkatkan produktivitas teknologi budidaya tanaman pertanian di kawasan hutan dengan menyediakan sumber daya manusia dengan cara mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan alih teknologi serta merancang dan melaksanakan konsep atau sistem, program dan kegiatan yang berhubungan dengan tanaman pertanian,” terangnya.
Narasumber dari Balitro Kementrian Pertanian, Hera menyampaikan penjelasan secara rinci seputar budi daya pengembangan herbal meliputi persiapan lahan, pemilihan bibit unggul dan persiapan sumberdaya manusia. Ia juga menyampaikan bahwa kondisi saat ini tingkat ketergantungan impor bahan baku obat herbal masih sangat tinggi.
“Kami berharap kerja sama pengembangan dan penelitian tanaman herbal yang akan ditanam di sela-sela tanaman hutan bisa dioptimalkan agar meningkatkan nilai ekonomi untuk membantu pemerintah dalam pemenuhan bahan baku tanaman herbal. Semoga kolaborasi ini bisa terus ditingkatkan dan kedepan bisa bermanfaat bagi semua pemangku kepentingan,” pungkasnya. (Kom-PHT/CJR/DR)