DETIK.COM (11/1/2017) | ‘Pedasnya’ harga cabai di pasaran masih berkisar diantara Rp 100 ribu per kg. Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyarankan kepada Menteri BUMN Rini Soemarno tentang R&D-research and development (pengembangan penelitian) terhadap daya tahan tanaman cabai.
Selain itu, Soekarwo juga meminta masyarakat tidak mempersoalkan ekspor-impor cabai. Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk jangka panjang dan jangka pendek dalam menghadapi persoalan cabai.
Untuk jangka pendek, menurutnya perlu mendatangkan cabai dari daerah lain di Indonesia ataupun impor dari negara lain.
“Jangan mengharamkan dan menghalalkan ekspor-impor. Yang penting harganya terjangkau. Kalau larang (mahal) ya impor yang murah. Kalau produksi kita besar, ya ekspor,” kata Soekarwo di sela peresmian Rumah Kreatif BUMN Surabaya bersama Menteri Rini Soemarno di Jalan Khairil Anwar, Surabaya, Rabu (11/1/2017).
“Harus membiasakan, kalau produksi lebih ya diekspor. Kalau produksi kurang ya diimpor,” tuturnya.
Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan cabai di Jawa Timur, Pemprov Jatim sudah mendatangkan cabai dari daerah lain di Indonesia seperti Gorontalo sebanyak 300 kg. Namun, pasokan dari daerah lain masih kurang, sehingga diperlukan impor cabai.
“Pak Ardi (Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur) sudah saya suruh ambil. Tapi memang masih kurang, ya harus didatangkan dari luar negeri. Maka jangan mengharamkan-menghalalkan ekspor-impor. Kalau lebih ekspor, kalau kurang impor, jadi enteng,” ujarnya sambil mencontohkan, jika tetangga kita tidak punya, kita harus memberi.
“Kalau tetangga punya lebih, kita bisa memintanya,” terangnya.
Untuk jangka panjang dalam mengatasi permasalahan cabai, Soekarwo sudah menyampaikan ke Menteri BUMN tentang pentingnya penelitian pengembangan research and development (R & D).
“Saya tadi sudah menyampaikan kepada Bu Menteri (Menteri BUMN Rini Soemarno), harus ada R & D, harus ada riset. Bagaimana kalau kena hujan, jamurnya tidak ada. Karena yang bikin (cabai) cepat rusak itu jamurnya,” tuturnya.
Selain itu, Pemprov Jatim akan menjalin kerjasama dengan Perhutani yang memiliki lahan kosong yang bisa ditanami tanaman cabai. “Kita mau kerjasama dengan Perhutani yang kosong untuk klaster lombok (cabai) untuk Jember, Banyuwangi, Lumajang,” tandasnya. (roi/fat)
Sumber: detik.com
Tanggal: 11 Januari 2017