PIKIRAN-RAKYAT.COM (13/09/2024) | Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, menyatakan bahwa produksi pertanian jagung di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menjadi salah satu tulang punggung ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Menurutnya, sektor pertanian jagung memiliki potensi besar yang terus didorong oleh pemerintah daerah.
“Petani yang menanam jagung di lahan seluas satu hektare bisa memanen hingga 13 ton. Setelah diolah menjadi pipil kering, petani dapat menghasilkan sekitar 11 ton per hektare,” ujar Ony Anwar saat diwawancarai di Ngawi, Rabu (10/9).
Menurut data yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Ngawi, rata-rata produktivitas jagung di wilayah tersebut berkisar antara 8 hingga 14 ton per hektare.
Dengan harga jual jagung pipil kering yang berada di rentang Rp3.000 hingga Rp3.500 per kilogram, petani diprediksi bisa meraup pendapatan sekitar Rp35 juta per hektare.
Meski demikian, dari pendapatan tersebut harus dipotong biaya produksi, termasuk upah tenaga kerja, pembelian pupuk, dan benih. Meski terdapat pengeluaran, keuntungan bersih yang didapatkan petani diperkirakan tetap signifikan. Selain itu, keuntungan bisa meningkat jika harga jagung naik sesuai dengan permintaan pasar.
“Pemkab Ngawi terus mendorong petani, terutama yang berada di wilayah tepian hutan, untuk menanam jagung dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan. Kami bekerja sama dengan Perum Perhutani untuk memaksimalkan lahan ini,” tambah Ony.
Pemkab Ngawi melaporkan bahwa dari Januari hingga Agustus 2024, produktivitas jagung di kabupaten tersebut mencapai 229.146 ton dengan luas lahan tanam 34.652 hektare. Lahan tersebut terdiri dari 5.103 hektare lahan sawah dan 29.549 hektare lahan di bawah tegakan hutan.
Ony juga menjelaskan bahwa dalam dua tahun terakhir, pemerintah daerah terus mendorong petani di kawasan tepian hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk lebih giat menanam jagung.
Hal ini sejalan dengan program Kementerian Pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, terutama di sektor jagung dan padi, yang menjadi komoditas unggulan di Ngawi.
Pemkab Ngawi turut memfasilitasi kerja sama antara petani tepian hutan dengan Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Ngawi melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan LMDH.
Data menunjukkan bahwa dari 85 desa di tepian hutan yang ada di Ngawi, 60 desa sudah tergabung dalam LMDH.
Ony menekankan bahwa jumlah tersebut akan terus ditingkatkan. Kerja sama yang baik antara petani, LMDH, dan Perhutani menjadi kunci dalam memadukan fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial dari pengelolaan hutan.
Sumber : pikiran-rakyat.com