TRIBUNNEWS.COM (14/08/2024) | Kostrad TNI AD bekerjasama dengan PTPN setempat mendorong program ketahanan pangan di Kampung Gedebong, Desa Sindagasih, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat pada Rabu (14/8/2024).
Menurut Pankostrad TNI AD, Letjen Muhammad Saleh Mustafa, pihaknya juga berencana akan bekerjasama dengan Perhutani.
“Tujuan kedatangan kami adalah memulai penanaman kakao dan jagung sebagai komoditas baru kami, dari Kostrad TNI AD, beserta kerjasama dengan PT IMA,” ucapnya kepada TribunPriangan.com di lokasi.
Upaya program ketahanan pangan tersebut, tambah Saleh, sudah dilakukan terlebih dahulu di daerah Ciemas, Sukabumi, yang masih di dalam wilayah PTPN dengan komoditi singkong dan jagung.
“Di Ciemas sendiri, secara manajemen pertanian dan bisnisnya sudah berjalan. Sudah memberikan dampak yang begitu luar biasa bagi masyarakat di sana. Kami hitung-hitung, sekarang sudah hampir ada pemasukan Rp5-6 miliar,” tuturnya.
“Ujung-ujungnya ‘kan pertanian juga bicaranya bisnis, karena masyarakat juga perlu makan, perlu uang, dan lain-lainnya, sehingga kami sudah ada pemasukan sebesar itu (red: Rp 5-6 miliar) padahal baru berjalan setengah tahun,” lanjut Saleh.
Masyarakat di sana, sambungnya, juga sudah meminta dibangunkan pondok pesanten serta dibangun fasilitas lainnya. “Tentu, itu semua sudah kami wadahi,” jelas dia.
Saleh juga menungkapkan, kolaborasi program ketahanan pangan ini bisa diakukan bersama-sama, sepanjang tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat.
“Jadi, tidak hanya dalam aspek investor, yang dalam hal ini PT IMA, yang melakukan proyek, tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menikmati hasil dari pertanian atau perkebunan tersebut,” jelas dia.
Oleh sebab itu, Saleh berharap, ke depannya di Kampung Gedebong ada tanaman jangka menengah dan jangka pendek.
“Untuk jangka pendek, nanti kami perhitungkan, kira-kira tanah ini seperti apa cocoknya, apakah bisa juga sayur-sayuran, atau jagung. Saya juga belum lihat padi di sini ya. Apakah keledai atau bagaimana, nanti Pak Kades dan masyarakat ya kita berkomunikasi,” ujarnya.
Program ketahanan pangan Kostrad TNI AD ini, selain dalam aspek meningkatkan pangan nasional juga untuk pemberdayaan masyarakat.
“(Penanaman kokoa dan jagung di Tasikmalaya ini) nanti yang mengelola masyarakat di sini, yang jelas harus ada investor, karena pengelolaan ini butuh pembiayaan,” tuturnya.
“Konsep kami, kebetulan saya juga melanjutkan apa yang diupayakan oleh bapak kepala staff, jadi memang kita ketahui semua, bahwa bisnis pertanian di Indonesia ini belum mejadi sesuatu yang menjanjikan,” lanjut Saleh.
Nilai dan hasil dari bisnis yang biasa dilakukan perusahaan-perusahaan pertanian, tambahnya, jika melibatkan pemberdayaan masyarakat selalu gagal.
“Sehingga, perusahaan itu banyak melakukan individual program atau menangani sendirilah secara modern. Tapi itu boleh berhasil secara hasil pangan, hanya saja, masyarakat di sekitarnya masih miskin,” tutur Saleh.
“Nah, konsep ini yang kami coba perbarui, sehingga pertanian maju, sedang petani dan masyarakatnya juga sejahtera. Maka, tetap, leading sector-nya harus ada penyandang modal,” sambungnya.
Saleh juga menungkap, pihaknya yang bekerja dengan PTPN setempat serta investor akan melakukan pendampingan terus.
“Yang penting investor dengan masyarakat berjalan, kebutuhan hariannya terpenuhi, tapi hasil dari bisnisnya belum kami perhitungkan, karena ini baru (dimulai),” terangnya.
“Biasanya, investor itu gagal dalam bidang pertanian apabila di depannya itu sudah dipaksa nyetor duluan, ya bahasanya begitulah kira-kira. Sekarang, hasil ada, bisa mendapatkan profit, baru kita bicara bagaimana bagi-baginya. Nah, kalau rezekinya belum datang, ini sudah ribut. Ini yang tidak boleh, bahasa sederhananya demikianlah,” tutur Saleh.
Dengan demikian, tambahnya, pihak Kostrad TNI AD, investor, dan PTPN akan mendampingi program tersebut, tetapi masyarakat ikut terlibat di dalamnya.
“Sehingga nanti, Kelompok Tani (Poktan) di Kampung Gedebong yang terlibat. Ternyata di sini Poktan-nya 1 sampai 2. Di Sukabumi itu sampai 48 Poktan. Di sana iti, dari tidak ada Poktan, bisa jadi ada Poktan. Inilah yang paling penting,” tutur Saleh.
“Karena Poktan inilah konsep pemerintah dari Bapak Presiden untuk memberikan fasilitas bantuan melalui Kementerian Pertanian maupun yang lain-lainnya. Jadi begitu konsepnya,” tambah dia.
Saleh juga mengungkap, kendati melibatkan masyarakat, namun perlu juga masyarakat tersebut telah siap.
“Jadi harus ada kebersamaan di sini, dan kolaborasi ini harus benar-benar didasari niat yang tulus, semangat, dan disiplin, untuk sama-sama meraih harapan kita semua,” pungkasnya.
Sumber : tribunnews.com