PIKIRAN RAKYAT (26/1/2018) | Usaha perkebunan teh rakyat di Indonesia di Jawa Barat, bersiap mengalami peningkatan kegairahan tahun 2018. Ekonomi dunia yang dinilai membaik serta sudah diperolehnya peningkatan harga teh Indonesia pada lelang perdana tahun 2018 dua pekan lalu dinilai menjadi indikasi kuat.
Ketua Umum Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Nugroho Koesnohadi, di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Rabu (24/1/2018), mengatakan, dengan gambaran tersebut prospek kebangkitan usaha teh rakyat Indonesia, terutama di Jawa Ba- . rat, sudah semakin tampak. Kebangkitan usaha teh rakyat sebenamya sudah terjadi sejak tahun 2017 lalu, di mana berbagai gebrakan dan pengembangan pasar teh rakyat ditingkatkan pada tahun 2018 ini.
Ia mencontohkan, peningkatan minat teh dunia terlihat pada pembukaan lelang teh di Jakarta, 17 Januari 2018 lalu. Teh Indonesia meningkatharga rata-ratanya menjadi 166 sen dolar AS/kg dari biasanya berkisar 155 sen dolar AS/kg.
Pada sisi lain, disebutkan Nugroho, pemerintah Indonesia menurunkan pajak pertambahan nilai (PPN) yang dikenakan kepada petani menjadi hanya 1% dari semula 10%. Selain itu, dilakukan pula rehabilitasi dan perluasan areal tanaman teh rakyat di Indonesia atas bantuan pemerintah seluas 1.200 hektare, di mana 1.000 hektare terdapat di Jawa Barat
Teh rakyat produksi Jawa Barat selain andalan untuk teh hijau, juga dikembangkan untuk produksi teh hijau khusus ekspor ke Jepang, yaitu sencha. belum pula kerja sama pemasaran dengan sejumlah industri minuman. Ini merupakan penggerak kebangkitan kembali teh rakyat Indonesia, terutama di Jawa Barat yang sudah lama dinantikan para pelaku usaha teh rakyat,” ujar Nugroho.
Mengapa digerakkan dengan pasar ekspor dan domestik, ditunjang kualitas terus ditingkatkan, dikatakan, karena menjadi penentu kebangkitan usaha teh rakyat Ini pun belajar dari pengalaman di mana usaha teh rakyat Indonesia, hancur karena pasar utama ke Timur Tengah tersumbat akibat Perang Teluk tahun 1991.
Menurut Nugroho, kebangkitan usaha teh rakyat Indonesia juga tak terlepas dari dukungan banyak pihak, misalnya dukungan Perum Perhutani yang menyediakan lahan melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pemprov Jawa Barat dan pemerintan pusat. Pemkab Bandung, dll. Dukungan dari segi pembelian, pengolahan, dan pemasaran terbesar adalah dari mitranya, perusahaan perkebunan swasta Grup PT Kabepe Chakra, merupakan perusahaan teh hijau terbesar Indonesia dan dimiliki asli orang Sunda serta usahanya selalu menguntungkan.
Menjaga kepercayaan
Dari sisi pembiayaan, dikatakan, usaha teh rakyat pun memperoleh dukungan kredit usaha rakyat (KUR) atas fasilitasi dari Deputi Menko Perekonomian Bidang Pangan dan Pertanian Musdalifah. Kredit untuk usaha teh rakyat itu diperoleh dari Bank Mandiri, dimana yang menjadi avalis adalah PT Kabepe Chakra.
Yang tinggal dilakukan, menurut Nugroho, adalah terjadinya percepatan program intensifikasi, rehabilitasi, dan perluasan areal teh rakyat. Sekarang sudah dilakukan melalui Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh
Nasional, ekstensifikasi mandiri oleh perusahaan avalis melalui KUR, dll, agar usaha teh rakyat diharapkan sangat terasa kegairahannya.
Usaha teh rakyat di Jawa Barat juga dilakukan melalui penanaman sejuta pohon/teh di hulu dan aliran Sungai Citarum yang dapat diintegrasikan Program Citarum Harum. Ini sudah dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Pangdam III/Siliwangi Doni Monardo, dan Kapolda Jabar Maryanto.
Ketua Masyarakat Indikasi Geografis Kabupaten Bandung Endang mengatakan, salah satu keunggulan usaha teh rakyat di Kabupaten Bandung adalah sudah diperolehnya sertifikasi indikasi geografis dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nama Teh Java Preanger atas sokongan Gubernur Ahmad Heryawan. Jenis produk teh yang masuk dalam sertifikat itu adalah teh hijau pan firing, teh hijau streaming, dan teh putih.
“Kami terus membina dan mengawal agar berbagai kualitas pucuk teh rakyat tetap terjaga baik sesuai persyaratan. Soalnya ini bisnis, jadi harus mampu menjaga berbagai kepercayaan yang sudah diperoleh,” ujarnya.
Sumber : Koran Pikiran Rakyat, hal 17
Tanggal : 26 Januari 2018