Pikiran Rakyat – PERKEMBANGAN bisnis wisata semakin kompetitif sejalan dengan semakin meningkatnya masyarakat dunia yang membutuhkan berwisata. Perkembangan ini pun membuat paket wisata makin variatif dan tematik. Salah satu jenis wisata tematik yang tengah berkembang adalah wisatawan yang bersifat kesejarahan.
Wisata kesejarahan ini tak hanya diminati wisatawan domestik tetapi juga internasional. Fenomena ini pun di antaranya muncul di kawasan Jawa Barat serta sejumlah negara di ASEAN dan Asia Timur, terutama berkaitan dengan zaman kolonialisme, era perang yang sangat terkait dengan perjalanan suatu bangsa.
Dalam sejumlah kunjungan, tak sedikit wisatawan yang tampak penasaran dengan sejumlah lokasi bersejarah di suatu kota.
Beberapa wisatawan asing yang sedang berkeliling kawasan Jalan Asia Afrika Kota Bandung mengaku, dirinya sengaja ke Bandung memang lebih bertujuan melihat keindahan sejumlah bangunan bersejarah di Jawa Barat Mereka tertarik dengan bangunan-bangunan bersejarah, terutama asal Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika.
Apalagi momen peringatan Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu yang dinantikan para wisatawan mancanegara dan domestik. Pada hari-hari biasa saja Museum Konperensi Asia Afrika pun tergolong salah satu lokasi bersejarah yang paling diminati di Bandung.
Melihat fenomena ini pula respons pengembangan wisata sejarah dikembangkan oleh perusaan pengelola kehutanan negara di Jawa Barat, Perum Perhutani, yang mempromosikan kawasan Bandung Selatan dan Bandung Utara untuk aspek wisata sejarah.
Di Bandung Selatan terdapat kawasan Gunung Puntang di mana pernah berdiri Radio Malabar serta di Bandung Utara terdapat Hutan Cikole. Kedua kawasan ini memiliki keterkaitan dengan sejarah berdirinya bangsa ini.
Rasa keingintahuan aspek sejarah, menurut Administratur KPH Bandung Utara Wismo Tri Kancono, kini menjadi salah satu daya tarik utama aspek wisata kehutanan. Jika semula para wisatawan hanya sekadar ingin menikmati kesejukan dan keindahan alam, belakangan ini bertambah dengan keingintahuan tentang aspek sejarah pada sejumlah kawasan kehutanan.
Daya tarik serupa di sektor perkebunan seperti dilontarkan Manajer Agrowisata PT Perkebunan Nusantara VIII, Yani Dahyani. Menurut dia, aspek sejarah dari sejumlah unit perkebunan yang menjadi lokasi agrowisata, kini menjadi salah satu daya tarik utama para wisaratawan.
“Aspek sejarah yang menyangkut perkebunan memang menjadi salah satu formulasi yang disuguhkan kepada para wisatawan. Hasilnya ternyata mampu meningkatkan apresiasi terhadap sektor perkebunan sehingga para wisatawan tak sekadar menikmati keindahan hamparan tanaman teh dan suasana serta menikmati minuman tehnya,” ujarnya.
Tingginya minat wisatawan yang ditunjang keingintahuan aspek sejarah juga terjadi di negara tetangga, misalnya Vietnam dan Singapura. Kunjungan wisata ke Ho Chi Minh City yang dahulunya bernama Saigon dengan terkait terkenalnya Perang Vietnam atau di Singapura terkait dengan sejarah Perang Dunia II.
Salah seorang pemandu wisata di Kota Ho Chi Minh City, Vietnam, Nguyen Than Lac mengatakan, wisata sejarah merupakan salah satu andalan pariwisata negaranya, terutama di Vietnam bagian selatan. Oleh karena itu, banyak pemandu wisata di Ho Chi Minh City sejak beberapa tahun terakhir membekali diri dengan pengetahuan sejarah.
“Banyak turis asing yang memiliki kesan pertama begitu datang ke Vietnam adalah bayangan sisa-sisa Perang Vietnam. Selain memang sangat penting sebagai aset sejarah negara kami, juga ternyata mampu menjadi salah satu andalan sektor pariwisata,” ujarnya.
Hal serupa pun muncul di Hongkong. Salah seorang pemandu wisata setempat, Judy Ong mengatakan, aspek sejarah merupakan salah satu hal paling banyak ditanyakan para wisatawan yang datang ke Hongkong. Tak heran, sejumlah tempat-tempat bersejarah di Hongkong menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan, misalnya trem berusia 100 tahun dan Museum Lilin Madame Tussaud di Ihe Peak.
“Di samping suguhan keunikan, selalu ada saja yang ditanyakan para turis soal aspek sejarah, mulai zaman pemerintahan Inggris sampai kesan banyak gangster di Hongkong seperti di banyak film Mandarin. Akan tetapi, itulah aspek sejarah yang mewarnai yang harus selalu siap diterangkan para pemandu wisata, yang tampaknya kini menjadi salah satu tren wisata di banyak negara,” ujar Judy Ong.
Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 26
Tanggal : 10 April 2015