BANYUMAS TIMUR, PERHUTANI (31/12/2019) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur bersama komunitas pecinta kopi menggelar Festival Kopi Gunung Slamet bertempat di aula Kertiwana Wana Wisata Baturaden, Sabtu-Minggu, 28-29 Desember 2019

Festival tersebut  bertujuan untuk mengungkap sejarah panjang awal mula adanya Kopi sejak jaman Pemerintahan Kolonial Belanda dan untuk menerbitkan HAKI berupa Indikasi Geografis (IG) Kopi Gunung Slamet di wilayah lima kabupaten yaitu Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal dan Brebes.

Hadir dalam Festival tersebut Bupati Banyumas Ahmad Husen, Direktur Puslit Kopi, Perbankan, UMKM Propinsi Jawa Tengah, KSP Mitra Sejati, Akademisi, petani Kopi, pemilik kafe dan pegiat Kopi.

Bersamaan dalam acara tersebut di gelar juga Seminar Nasional Kopi di Gedung Graha Tectona di lokasi yang sama  dengan tema ‘Mengungkap Jejak Sejarah Kopi Gunung Slamet Yang Hilang’ dengan narasumber antara lain Perhutani KPH Banyumas Timur, Puslit Kopi dan Kakao  Sri Mulato, Ketua Assosiasi Indikasi Geografis Indonesia Riyaldi, Tokoh Budayawan Ashoka Siahaan, Guru Besar Pendidikan Sejarah UMP Tanto Sukardi, Dosen Fakultas Pertanian Unsoed Budhi Dharmawan, Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, Pegiat Kopi Banyumas.

Kepala Seksi Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Dwi Purwanto menyampaikan dalam paparannya bahwa Perhutani Banyumas Timur telah merintis budidaya tanaman kopi sejak tahun 2011 sebagai salah satu bagian dari program pengelolaan hutan dengan menggandeng LMDH dan Fakultas Pertanian Unsoed untuk mendampingi budidaya tanaman kopi.

Sampai dengan tahun 2015  KPH Banyumas Timur telah menanam  seluas 993,70 Ha jenis  kopi Robusta tersebar di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat, Gunung Slamet Timur dan Karangkobar.  (Kom-PHT/Byt/Rhm)

Editor : Ywn

Copyright©2019