SUARAMERDEKA.COM, TEMANGGUNG (22/5) | Salah satu upaya Perhutani menggandeng masyarakat sekitar hutan lindung adalah memperkenalkan budidaya tanaman terong Belanda atau kemar. Tanaman yang belum banyak dikembangkan di Indonesia ini ternyata memiliki nilai gizi tinggi.
Administratur Perhutani Kedu Utara Iwan Setyawan mengatakan, upaya itu dilakukan bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terong Belada itu bisa dikembangkan di wilayah Sindoro-Sumbing.
“Berawal dari aturan, sebab hutan lindung itu tidak boleh ditanami dengan tanaman yang pengolahan tanahnya intensif. Tapi kami tidak menutup mata kalau masyarakat itu butuh penghasilan. Dulu sempat kopi tapi masa panen lama, maka kita arahkan ke terong Belanda, sejenis tanaman perdu yang usianya bisa sampai 25 tahun,”ujarnya Jumat (20/5).
Selain usianya bisa mencapai 25 tahun lebih, terong Belanda tidak perlu pengolahan njlimet dan bisa ternaungi di hutan lindung. Buahnya kaya akan vitamin C, dengan nilai ekonomis cukup tinggi di mana harganya rata-rata bisa mencapai Rp 4.500 per kilogram.
“Ini yang menemukan ide juga teman-teman di lapangan sendiri. Ternyata terong Belanda itu delapan bulan bisa berbuah, dan setiap sepuluh hari bisa dipanen. Tapi kita perlu juga antisipasi booming terong Belanda,”katanya.
Sejauh ini terong Belanda itu dimanfaatkan untuk dibuat sirup, jenang dodol dan lain-lain. Bahkan, hasil panen terong Belanda dari kawasan Perhutani bisa dikirim ke Jakarta sekitar 0,5 ton per hari. Ke depan agar harga tidak anjlok akan dijajaki kerjasama dengan pihak pabrikan.
(Raditia Yoni Ariya/CN34/SMnetwork)
Tanggal  : 22 Mei 2016
Sumber  : berita.suaramerdeka.com