Untuk mengamankan pasokan bahan baku gondorukem, Perum Perhutani berencana mengembangkan tanaman pinus jenis unggul seluas 62.500 hektare (ha).

Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto mengatakan, tanaman pinus baru yang akan dikembangkan oleh Perum Perhutani memiliki hasil sadapan 6 metrik ton per tahun per ha.

“Tanaman pinus itu nantinya untuk memenuhi pasokan bahan baku pabrik gondorukem selama 10 tahun ke depan,” kata Sukamananto kepada KONTAN, Jumat (5/10).

Seperti diketahui, Perum Perhutani telah menggeluti industri gondorukem sejak 1948. Perusahaan kehutanan plat merah ini memiliki delapan pabrik gondorukem dan terpentin (PGT).

Sumber bahan baku pinus berasal dari hutan milik Perhutani. Saat ini, luas areal hutan Perhutani mencapai 865.000 HA. Sedangkan luas areal lahan yang bisa menghasilkan pinus seluas 166.000 ha.

Sementara, untuk sumber bahan baku lain berasal dari Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain di luar Jawa.

Bambang melanjutkan, saat ini Perhutani memegang rekor terbesar sebagai produsen Gumrosin dan getah pinus di Asia Tenggara. Meski sebagai produsen terbesar, ke depan kompetisi makin kuat. “Sehingga perlu inovasi dan teknologi supaya produk Perhutani tetap kompetitif dan memenuhi harapan pelanggan,” kata Bambang.

Menurutnya, produk gondorukem memiliki prospek yang cukup bagus. Tetapi, ia mengakui krisis ekonomi yang terjadi di Eropa saat ini membuat pasar gondorukem fluktuatif dan kurang kondusif untuk perdagangan. Adapun, produksi gondorukem tiap tahunnya mencapai 55.000 ton.

Dari keseluruhan produk gondorukem milik Perhutani, hanya 20% yang diserap pasar lokal, sedangkan 80% untuk ekspor. Perhutani memiliki pasar ekspor Asia dan Eropa.

Untuk Asia, pasar ekspor terbesar adalah Jepang dan India. Sedangkan untuk Eropa, produk gondorukem Perhutani terbesar adalah Jerman. “Kita juga ekspor ke Amerika Serikat dan Australia tetapi jumlahnya tidak begitu besar,” kata Bambang. (Fitri Nur Arifenie)

kontan.co.id :: Jumat, 05 Oktober 2012