fisheri3-300x225WARTAAGRO.COM (6/11/2016) | Perum Perhutani akan membuat inovasi baru demi meningkatkan kinerja bisnisnya. Salah satunya dengan mengembangkan sylvofishery. Hal ini disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna.
Pengembangan sylvofishery, dengan mengkombinasikan mangrove dengan budidaya ikan. Perhutani memiliki hutan mangrove dipinggir pantai utara dan selatan Jawa yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Menurut dia, luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani berkisar 43.000 hektare (ha). Di mana, sebagian berada di KPH Purwakarta yang seluas 15.897,21 ha. Sementara itu, luasan yang bisa dimanfaatkan untul pengelolaan pola sylvofishery mencapai 11.317,17 ha, yang berada di 20 desa di delapan kecamatan.
Hal itu disampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat, Jumat, 4 November 2016.
Kunjungan kerja tersebut, kata dia, juga sekaligus memetakan potensi yang dapat dikembangkan sekaligus bertemu dengan sebelas kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah tersebut.
Kesebelas LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan per kapita di Pulau Jawa, yang dinilai masih di bawah konsumsi tingkat nasional. Sesuai Inpres No 7/2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional yakni, dengan peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan. Dalam hal ini, Perhutani berperan dengan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery,” kata Denaldy dalam keterangan tertulis di Jakarta, akhir pekan lalu.
Terkait itu, kata dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Usulan tersebut mendapat reaksi dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ditemui Denaldy.
“Kami berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai. Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja.
Sedangkan, bidang lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata perwakilan LMDH Wana Sejati Sarjono.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani, serta rumput laut.
“Produksi rata-rata bisa dua ton per hektare per tahun, kalau ditanam ikan mujair bisa 1,5 ton per hektare per tahun, sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektare per hari,” kata Sarjono.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : wartaagro.com