Bandingkan dengan lokasi penangkapan rusa lainnya, Wana Wisata Penangkaran Rusa Cariu boleh dikatakan jauh dari keramaian. Lokasi seluas delapan hektare ini pertama kali di buka 1993-1994. Di tempat ini, rusa yang ditangkarkan umumnya pindahan dari kawasan hutan di Teluk Jambe, Kab. Karawang.
Jalur menuju lokasi berada pada lintasan altematif Jakarta-Bandung melalui Kec. Jonggol, Kab. Bogor dijalur Iintasan Kec. Cikalong Kulon, Kab. Cianjur, Dari arah Jakarta berjarak sekitar 40 km, sedangkan dari Bandung sekitar 70 km, ditempuh dari pertigaan jalur menuju lintasan ke arab yang sama Waduk Cirata, Kab. Cianjur.
Dari gerbang masuk, untuk menuju lokasi penangkaran rusa, pengunjung melintasi dahulu jembatan gantung di atas air dangkal Sungai Cibeet. Untuk menjaga kekuatan dan keamanan jembatan yang terbuat dari anyaman bambu yang diperkuat kawat besi beton, petugas membatasi pelintas maksimal sepuluh orang per giliran.
Rusa-rusa yang ditangkarkan di Kec. Cariu merupakan sisa turunan 150 ekor rusa yang berasal dari Kebun Binatang Bandung, Kebun Raya Bogor, Kebun Binatang Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Karena berasal dari kebun binatang, para rusa turunan di Kec. Cariu juga menjadi lebih cepat “akrab” dengan manusia.
Dibandingkan dengan lokasi penangkaran rusa lainnya, Wanawisata Penangkaran Rusa Cariu lebih terbuka bagi para pengunjung yang ingin mendekati hewan-hewan yang ditangkarkan. Bahkan, para pengunjung dapat leluasa berinteraksi sambil memberikan langsung makanan kepada rusa-rusa yang ada.
Mereka yang pemah berkunjung ke lokasi umumnya sudah mengenal lima ekor rusa jinak yang sudah ”bersahabat” dengan manusia, Mereka adalah empat ekor rusa jantan, Si Asep, Si Cecep, Si Joni, dan Si Jagur, sedangkan yang betina bemama Irfa.
Kelima ekor rusa itu biasanya langsung mendekat jika ada pengunjung ke lokasi, dan dengan mudah dapat dielus-elus oleh para pengunjung. Bahkan, pengunjung pun dapat langsung memberikan makanan, yang sudah disediakan khusus oleh petugas yaitu sampeu alias singkong atau ubi jalar.
Secara umum, rusa-rusa yang ada di Wanawisata Cariu memiliki “jadwal” menampakkan diri kepada manusia. Mereka muncul pukul 06.00-10.00 WIB, tengah hari mereka lebih suka berteduh di semak-semak lalu kemudian muncul lagi sekitar pukul 15.00 sampai 17.00 WIB.
Kebanyakan rusa lain masih “malu-malu” kepada manusia, dan bau mendekat jika di panggil oleh para petugas setempat. Untuk memanggil para rusa, para petugas biasanya berteriak “Oooooouuuuuhhhh … ooooouuu uuuhhhhhh … !” atau jika diterjemahkan kepada “bahasa rusa”, mungkin artinya, “Heeeyyy … para uncaal, ke siniiii … Ini ada makanaaaannnn. .. !”
Petugas setempat, Ajat Sudrajat menyebutkan, rusa paling senang jika dielus elus dagunya atau diusap-usap hidungnya, sehingga menjadi cepat akrab dengan manusia, Namun, pengunjung jangan mencoba memegang tanduknya, karena biasanya sang rusa langsung menyeduruk.
Rekannya, Agus dan Ajum juga mengingatkan, karena sifat rusa yang cepat stres jika ada kejutan sehingga memang lebih cocok hidup di alam terbuka. Pengunjung yang ingin mendekati hewan ini harus keketeyepan (berjalan diam diam atau santai), terutama jika ingin medekati yang sedang berkelompok.
“Tampaknya, rusa ‘cepat curiga’ manusia bersangkutan akan mencuri tanduk. Soalnya ada kelompok orang diketahui suka mengoleksi atau menggunakan tanduk rusa untuk keperluan tertentu. Bahkan, ada wisatawan asal Australia yang berani menawar tanduk rusa antara Rp 8 juta Rp 18 juta tanduk,” ujar Ajat.
Menurut mereka, rusa tertua yang pemah ada di Penangkaran Cariu berumur 18 tahun dan sudah mati. Lain halnya jika hidup di alam liar, daya hidupnya dapat mencapai 40 tahun.
Terlepas dari minat aneka daya tarik rusa, Ajat, Agus, ataupun Ajum sepakat lokasi ini sebenamya sangat potensial menjaring lebih banyak wisatawan, bukan hanya lokal tetapi juga asing. Setiap bulannya, sejauh ini,jum lah pengunjung ke Wanawisilta Penangkaran Rusa Cariu rata-rata mencapai 2.000 orang, yang masih didominasi wisatawan domestik.
General Manager KBM Agroforestry, Ekowisata, dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III, Lies Bahunta menyebutkan, upaya menggejot para wisatawan mengunjungi aneka lokasi wanawisata memang sangat potensial. Apalagi, belakangan ini, sistem usaha wisata secara paket lebih digemari para wisatawan di Indonesia, dengan alasan lebih efisien, aman, dan dapat menjangkau berbagai target wisata sekaligus.
“Lokasi wisata penangkaran rusa di Cariu pun termasuk yang sangat potensial menjaring lebih banyak wisatawan, termasuk melalui sistem paket. Daya tariknya, karena rusa-rusa yang ada di lokasi bersangkutan memang dikenal jinak dan akrab dengan manusia,” ujarnya.
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal         : Jumat, 4 November 2011/h. 25
Penulis           : Kodar Solihat
TONE              : POSITIVE