var-www-html-kbr-id-layouts-uploads-thumb-festival-kopi-nusantara_740x450-396x241SUARAMERDEKA.COM (23/11/2016) | Untuk mengembangkan tanaman kopi di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yang memiliki kualitas baik, Pemerintah Kabupaten Temanggung berencana menggandeng Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara. Langkah itu diharapkan dapat membuahkan hasil positif bagi perekonomian rakyat.
Bupati Bambang Sukarno, mengatakan, upaya itu sebagai salah satu cara pengembangan budidaya tanaman kopi. Dalam kerjasama ini terutama diarahkan untuk jenis arabika yang bisa ditanam di atas ketinggian lebih dari 1.200 meter di atas permukaan laut.
“Dalam kerja sama tersebut nantinya petani tidak perlu menyewa lahan, petani hanya memanfaatkan lahan Perhutani untuk tanaman kopi dan tanaman keras lainnya seperti pohon damar. Sistemnya bagi hasil, petani tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa lahan, tetapi hasilnya harus ada sharing atau bagi hasil,”ujarnya, Selasa (22/11)
Dikatakan akan banyak manfaat dari pola ini sebab dii sebelah tanaman kopi, bisa juga ditanami pohon damar untuk naungan. Selain itu pohon damar juga bisa diambil getahnya sebagai bahan baku kemenyan, sehingga secara ekonomi sangat menguntungkan karena bisa menambah income.
Menurut dia, jika kreatif petani juga bisa menanam rumput kolojono di sekitar tanaman kopi dan pohon damar. Rumput ini nantinya bisa dijadikan sebagai pakan ternak seperti kambing atau sapi. Dengan demikian dalam satu lahan ada banyak manfaatnya.
“Nanti akan saya usahakan ada bantuan hewan ternak, jadi tidak hanya merawat kopi saja, dari hasil ternak ini petani juga bisa menambah penghasilan. Untuk lahan contohnya di Desa Kwadungan Gunung lereng Gunung Sindoro, ada lahan milik Perhutani seluas 36 hektare belum dimanfaatkan untuk tanaman kopi, maka lahan ini bisa dimanfaatkan,” katanya.
Pengembangan tanaman kopi sendiri sebagai salah satu langkah untuk memenuhi permintaan kopi jenis arabika yang semakin melonjak. Apalagi setelah Bambang membawa kopi arabika Temanggung ke Atlanta beberapa waktu lalu, sehingga semakin dikenal dan diminati konsumen luar negeri.
Pedagang kopi di Desa Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung, Zaenal Arifin (36) menuturkan, pada masa panen raya tahun ini permintaan kopi arabika dari lereng gunung Sindoro cukup tinggi. Namun sayangnya persediaan kopi arabika di tingkat petani masih terbatas, sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan pasar.
“Saat ini belum semua petani di wilayah Kecamatan Kledung membudidayakan tanam kopi, jadi produksinya masih sedikit. Kalau saya setiap bulan baru mengirim biji kopi antara 50 kilogram hingga satu kuintal ke sejumlah daerah seperti, Jakarta, Surabaya, Cilacap, dan Tanggerang,” terangnya.
 
Sumber : suaramerdeka.com
Tanggal : 23 November 2016