INILAHKORAN.COM, SOREANG (9/8/2016) | Kopi asal Kabupaten Bandung semakin menunjukkan geliatnya di kancah nasional bahkan internasional.

Salah satunya kopi jenis arabika yang dikembangkan oleh kelompok tani Wanoja di Kampung Sangkan Desa Laksana Kecamatan Ibun berhasil menyabet juara kedua kontes kopi specialty Indonesia 2015 lalu.

Pada ajang Kontes Kopi Specialty Indonesia 2015 itu, kopi arabika yang dikembangkan oleh kelompok tani pimpinan Eti Sumiati, mendapatkan nilai sebesar 87,16.

Juri yang berasal dari Puslit Kakao dan juga beberapa orang juri dari dalam dan luar negeri menjatuhkan pilihannya kepada kopi hasil olahan Kelompok Tani Wanoja sebagai juara kedua.

Sedangkan juara pertama diraih oleh kopi Manggarai Flores dan juara ketiga diraih oleh kopi asal Gunung Raung Jawa Timur. Penilaian oleh juri ini, di antaranya adalah dari rasa manis, keasaman, rempah-rempah dan lainnya.

“Alhamdulilah dalam kontes itu kami berhasil menyisihkan peserta lainnya yang berjumlah 279 dari seluruh Indonesia. Dari Jabar saja yang turut jadi peserta sebanyak 49 peserta, itu ada dari Garut, Sumedang dan lainnya. Hasil penilaian juri dari Puslit Kakao dan juga ada orang asing seperti dari Jerman dan beberap negara lainnya itu memilih kami sebagai juara keduanya,”kata Eti, di sela acara Hari Krida Pertanian yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, di Soreang,Selasa (9/8/16).

Dikatakan Eti, kopi arabika yang dikembangkan kelompoknya ini, dari mulai penanaman hingga pengolahan dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga, hasilnya pun sangat memuaskan.

Jenis atau varietas kopi arabika yang banyak dikembangkan oleh kelompoknya itu cukup banyak. Namun yang paling dominan adalah jenis ateng, sigararuntang dan lini S.

Saat ini, kata dia, luas lahan pertanian kopi di kelompoknya itu kurang lebih 65 hektare. Terdiri dari lahan milik pribadi, lahan milik Perhutani yang dikerjasamakan dengan masyarakat petani. Jumlah anggota kelompok tani Wanoja itu sendiri, kata dia, yakni sebanyak 60 orang.

“Memang dalam pengolahannya kami sangat selektif. Karena mengejar kualitas specialty bukan biji kopi curah. Olahan yang kami lakukan adalah honey, dry proses dan wet proses. Nah sisa dari pemilihan specialty ini baru kami jual ke pengepul kopi curah,”ujarnya.

Kualitas kopi specialty dari Kelompok Tani Wanoja ini telah diakui para penikmat kopi di tanah air dan mancanegara. Ia mengaku tak pernah merasa kesulitan dalam memasarkan kopi hasil olahan mereka.

Biasanya, para pembeli baik itu pengepul maupun dari berbagai tempat minum kopi datang langsung kepada kelompok tani ini.

“Karena kami fokus pada kopi specialty, sehingga produksinya tidak terlalu banyak. Dari luas lahan 65 hektare itu, produksi per tahun yah sekitar 50 ton. Alhamdulilah, produksi kopi kami cepat diserap pasar, bahkan sampai ke Dublin Irlandia dan beberapa negara lainnya untuk diikutsertakan dalam beberapa pameran,”katanya.

Eti melanjutkan, kelompok tani yang dipimpinnya itu, mulai membudidayakan tanaman kopi sejak 2012 lalu. Kelompok ini fokus pada pengembangan budi daya, sehingga tidak turut membeli atau mengumpulkan biji kopi dari kelompok tani lainnya.

“Misi kami ingin mensejahterakan para petani. Selain itu, bertujuan untuk menghijaukan kembali lahan-lahan kritis dan juga lahan yang sebelumnya banyak ditanami sayuran penyebab erosi. Kini perlahan-lahan para petani sayuran mulai beralaih ke tanaman kopi yang memang selain sebagai tanaman konservasi juga cukup menguntungkan secara ekonomi,”ujarnya.

Dengan misi dan ketekunan yang dilakoni oleh Eti dan kelompok taninya itu, maka perkembangan usaha kopi mereka tergolong pesat. Dalam tiga tahun pertama saja, biji kopi dari kelompok tani Wanoja ini dengan mudah mendapatkan tempat di hati para penikmat kopi.

Padahal biasanya, dari tahun pertama memulai usaha pertanian kopi rata-rata kelompok tani bisa eksis dan dikatakan stabil setelah 10 tahun.

“Karena kami punya misi dan fokus menjalankannya, Alhamdulilah perkembangan pertanian maupun usahanya juga bisa berkembang dengan cepat,”katanya.

Eti melanjutkan, dalam rangkan pengembangan kelompok taninya itu, saat ini pihaknya juga tengah menunggu bantuan bibit kopi dari Pemerintah Provinsi Jabar.

Pemerintah Provinsi Jabar berencana memberikan bantuan bibit kopi sebanyak 100 ribu pohon. Bantuan untuk kelompok taninya ini, diperkirakan sekitar 50% nya.

“Sedangkan cita-cita kami yang belum tercapai adalah ingin mendirikan beberapa kedai atau tempat minum kopi. Dengan tujuan untuk lebih memasyarakatkan kopi lokal asal Kabupaten Bandung dan Jabar. Selain itu, untuk mengedukasi masyarakat juga, kami punya keinginan membuat wisata kebun, agar masyarakat mengetahui proses dari kopi itu seperti apa. Mulai dari penanaman, pengolahan hingga penyajian nya,”katanya. [ito]

Tanggal : 9 Agustus 2016
Sumber : Inilahkoran.com