Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinpertan TPH) Kabupaten Grobogan tak henti-hentinya melakukan penyuluhan kepada petani untuk tetap menerapkan teknologi tepat guna.

Teknologi tersebut untuk meningkatkan produktivitas per hektar lahan, sehingga predikat sebagai daerah penghasil jagung terbesar di Jateng tetap terjaga dan semakin meningkat.

’’Teknologi yang dikamsud antara lain harus pandai memilih benih yang berkualitas, pencegahan dan pengendalian hama, perawatan tanaman serta masa tanam yang tepat,’’kata Kepala Dinpertan TPH Grobogan, Ir Edhie Sudaryanto MM, Kamis (21/3).

Produksi jagung kuning Grobogan, lanjut Edhie, mampu menguasai pasar Jateng. Tahun 2012, produsi jagung mencapai 565.000 ton. Pada tahun sebelumnya hanya 503.000 ton.

Dengan produksi jagung sebanyak itu, Grobogan mampu menyokong 16 persen dari total produksi jagung kuning Jateng. ’’Produksi jagung sebanyak itu diperoleh dari luas areal panen yang mencapai 113.152 hektare. Diharapkan, tahun ini, produksi jagung kuning bisa meningkat,’’terangnya.

Membuka Lahan

Terpisah, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Tengah Agus Eko Cahyono menjelaskan, sampai saat ini, produksi jagung kuning Grobogan belum ada yang menandingi.

’’Selain tingkat produktivitasnya tinggi, petani Grobogan juga sudah pandai memilih benih jagung hibrida yang berkualitas. Tidak kurang dari 15 jenis varietas jagung hibrida membanjiri Grobogan,’’katanya.

Ditambahkan Agus, petani Grobogan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH) setiap tahunnya mampu membuka lahan bekas tebang milik Perhutani tidak kurang dari 17.000 hektare.

’’Lahan bekas tebang pada umumnya sangat subur, sehingga mampu mendongkrak produksi jagung kuning Grobogan. Tingkat produksi setiap hektarnya rata-rata mencapai 5,7 ton. Kalau lahan sawah bisa mencapai 7-8 ton per hektare,’’ulas Agus.

(K11-64)

Suara Merdeka Hal. 29 ::: 22 Maret 2013