DETIK.COM (21/11/2024) | Polres Batu bersama pemkot mengaktifkan lahan tidur di wilayah Jalibar, Desa Oro-Oro Ombo menjadi lahan produktif. Pengaktifan lahan tidur lewat penanaman bibit jagung dilakukan untuk menciptakan kemandirian pangan.
Dalam pelaksanaan program ini juga turut melibatkan kelompok tani desa setempat untuk pengelolaan sekaligus sebagai penerima manfaat nantinya. Penanaman bibit jagung itu dilakukan bersamaan dengan launching Gugus Tugas Polri Mendukung Ketahanan Pangan.
Kapolres Batu AKBP Andi Yudha Pranata mengatakan bahwa langkah yang diambil kali ini menjadi titik awal program ketahanan pangan nasional. Lewat program ini, juga bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat.
Andi menambahkan, di Kota Batu sudah dilakukan pemanfaatan lahan tidur di sejumlah titik. Secara bertahap bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Polres Batu memulai dengan mengembangkan 10 hektar lahan, dilanjutkan 20 hektar dan berikutnya, hingga berpotensi terus bertambah.
“Target kedepan kemandirian masalah pangan di Kota Batu jauh lebih maksimal lagi. Walaupun selama ini Batu dikenal dengan tanaman hortikultura. Namun, harapan kita ada zona tertentu bisa menghasilkan yang lain, yang mungkin dulu lahan tidak produktif bisa diaktifkan sisi pangan, sehingga tidak ada yang kosong,” kata Andi, Rabu (20/11/2024).
Selain berfokus pada ketahanan pangan, pertanian pangan di Kota Batu juga akan dikembangkan untuk mendukung ketersediaan bahan mentah untuk program pemerintah makan bergizi serta memperkuat sisi kepariwisataan Kota Batu.
Andi menjelaskan bahwa pada langkah awal, penanaman jagung akan dilakukan di lahan seluas 10 Hektar. Dengan rincian, 5 Hektar lahan tanah bengkok yang dimanfaatkan masyarakat, dan 5 hektar lain berada di wilayahKelompok Tani Hutan (KTH) Perun Perhutani Malang.
Lahan yang ada dikelola dengan kolaborasi kelompok tani masyarakat setempat, jajaran dinas terkait, kepolisian dan TNI. Ia menekankan komunikasi dan komitmen berkelanjutan untuk pemanfaatan lahan supaya lebih produktif.
Andi menambahkan, selama ini ada kendala berupa kekurangan air. Hal ini disebabkan peralihan musim kemarau. Hal ini jadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi dalam proses pengelolaan lahan pertanian di Kota Batu yang mayoritas tadah hujan.
“Masih bergantung pada ketersediaan air karena mayoritas tadah hujan. Ini kita anggap sebagai tantangan. Sebab, jika dibiarkan tidak akan jadi lahan berkembang. Sedangkan dengan dukungan pertanian ada potensi pengembangan wisata yang mungkin bisa bergerak dengan kolaborasi baik. Pembagian masing-masing tugas yang terlibat,” tandasnya.
Sumber : detik.com