MEDANBISNISDAILY.COM (16/07/2018) | Lamtoro atau disebut juga dengan petai China, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Tanaman yang bernama latin Leucaena leucocephala ini sering digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi.
Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Indonesia untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Di Malaysia, Lamotoro disebut dengan petai belalang.
Sejak lama, Lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar, dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasa dengan ketinggian 13-18 meter dalam waktu tiga sampai lima tahun.
Karena itu, kata Surip Mawardi, peneliti dari Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian Indonesia, lamtoro sangat tepat dijadikan tanaman pelindung bagi para petani. Hal itu juga sesuai dengan penelitian yang telah ia lakukan, bahwa lamtoro dijadikan sebagai pelindung untuk tanaman kopi dan jenis tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan lainnya.
Surip mengatakan, lamtoro memiliki komposisi yang baik sebagai tanaman pelindung. Misalnya, tegakan yang padat (lebih dari 5.000 pohon per hektare) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 meter kubik per hektare per tahun.
“Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm. Jika ditanam di dekat-dekat pohon lainnya, maka pohon di sampingnya akan kekurangan sinar matahari. Oleh sebab itu, biasanya lamtoro atau petai China ditanam sebagai pohon pelindung/peneduh, dan untuk menanggulangi terjangan angin ribut. Tumbuhan ini juga dapat dipakai untuk pupuk hijau dengan cara membenamkan daun pangkasnya sebagai pupuk dalam tanah,” terangnya kepada MedanBisnis, akhir pekan lalu.
Surip yang kerap berhubungan dengan petani dari Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Pulau Jawa, hingga daerah timur ini mengatakan, awalnya pemanfaatan lamtoro sebagai rambatan hidup tanaman vanili.
Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani).
Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 3-10 meter, di antara larikan-larikan tanaman pokok. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, vanili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao.
“Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran lamtoro memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen dan banyak menghasilkan daun sebagai sumber organik,” ujarnya.
Sumber : medanbisnisdaily.com
Tanggal : 16 Juli 2018