DETIK.COM (17/02/2021) | Operator tambang emas Gunung Tumpangpitu, PT Bumi Suksesindo (BSI) Banyuwangi bersama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perhutani Banyuwangi Selatan melepas ratusan burung pemakan ulat di destinasi wisata Djawatan. Pelepasan burung pemakan ulat ini sebagai salah satu upaya memberikan kenyamanan wisatawan di destinasi wisata.”Pelepasan burung pemakan ulat ini sebenarnya bagian dari konservasi yang kita dukung dalam memberikan kenyamanan wisatawan di Banyuwangi. Ini sekaligus upaya untuk mengendalikan hama atau ulat yang bisa mengganggu wisatawan yang berkunjung ke Djawatan,” ujar Sudarmono, Senior Manager External Affairs PT BSI kepada detikcom.

Menurut Sudarmono, pelepasan burung trucuk dan prenjak ini dilakukan sebagai bentuk partisipasi perusahaan tambang emas satu-satunya di Pulau Jawa ini, dalam pelestarian lingkungan. PT BSI berkomitmen untuk menjaga konservasi alam.”Ada dua jenis burung yang kita lepas, trucuk dan prenjak. Fokus utama kita, selain profit oriented PT BSI juga memiliki kewajiban untuk memperhatikan sosial ekonomi masyarakat. Termasuk juga konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya ialah dengan pelepasan burung pemakan ulat di Djawatan,” pungkasnya.

Sementara itu, ADM KPH Perhutani Banyuwangi Selatan, Panca Sihite menyambut baik pelepasan burung pembasmi hama ulat ini. Menurutnya pihaknya bakal terus menggandeng stakeholder lain, dalam pelestarian lingkungan.

“Tentu ini sebagai kegiatan rutin kami. Ada beberapa destinasi wisata yang kami kelola di Banyuwangi. Di antaranya, Pulau Merah, Djawatan dan Grajagan,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga berencana akan membuat paket wisata sehat serta menggelar atraksi atau festival di sejumlah destinasi wisata yang berada di bawah naungan Perhutani.

“Kami akan berkolaborasi dengan stakeholder untuk menggelar atraksi atau festival. Tentunya, atraksi yang sesuai dengan protokol kesehatan,” ujarnya.

“Kita juga akan bersinergi dengan destinasi wisata lain. Baik yang di Malang, jember, yang dikelola perhutani bisa disinergikan satu paket. Atau dengan pihak lain seperti Taman Nasional dan sebagainya,” imbuhnya.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tambah Panca, pihaknya juga menggandeng kelompok petani hutan atau LMDH dalam pengelolaan hutan. Hal ini bertujuan agar masyarakat bersama Perhutani sama-sama menjaga kelestarian hutan.

“Di sisi lain, masyarakat juga memperoleh manfaat untuk meningkatkan kesejahteraannya dari pengelolaan hutan tersebut. Seperti Kelompok Karang Semar di Siliragung. Ini ke depannya bisa kita kembangkan untuk wisata mangrove dan wisata alam lainnya,” tutup Panca.

Sumber : detik.com

Tanggal : 17 Februari 2021