LELE RAMAH LINGKUNGAN KPH MOJOKERTO copyMOJOKERTO – PERHUTANI (22/11) –Markat, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) ‘Wana Lestari” sukses mempelopori dan mengembangkan usaha budidaya ikan Lele organik dengan kolam terpal di Kabupaten Lamongan – Jawa Timur.

Kesuksesan Markat  seperti saat ini tentu tak lepas dari keinginannya yang pantang menyerah. Pengembangan usaha baru, yakni budidaya ikan lele ramah lingkungan, boleh disebut sebagai pelopor usaha perikanan di desa maupun daerah sekitarnya, Lamongan – Jawa Timur.

Markat, seorang  Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) “Wana Asri” Desa Keduk Bembem, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan yang masuk wilayah binaan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto mempelopori budidaya ikan lele organik atau ramah lingkungan  dengan media menarik dan sangat unik karena dibuat khusus dengan menggunakan plastik atau terpal warna biru yang biasa digunakan untuk tenda.

Menurut Markat yang juga seorang guru ini,  usaha pembenihan ikan lele ramah lingkungan diawali dengan keanggotaannya dalam LMDH sering mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan usaha produktif  yang diadakan oleh Perum Perhutani maupun pemerintah dinas tingkat kabupaten dan propinsi Jawa Timur.

Dengan tekat dan ketertarikan disamping karena spesifikasi kewilayahan sekitar desanya yang cukup sulit air, merupakan dorongan tersendiri untuk memulainya. Di samping rumahnya yang telah ditanami pohon jati, kolam-kolam pun dibuat tidak dengan menggali tanah, sebagaimana layaknya kolam ikan yang kita kenal selama ini.

Markat menggunakan terpal untuk membuat ”kolam-kolam” itu dengan ukuran dua kali empat meter dengan ketinggian satu meter (2 x 4 x 1 meter) dan kemudian diisi dua ribu benih ikan lele per kolamnya. Rupanya tanda-tanda keberhasilan usaha lele itu mulai tampak.

”Berangsur-angsur usaha kami ini, berhasil,” kata Markat, saat menerima kunjungan pembinaan petugas PHBM dan Humas KPH Mojokerto, Jum’at, 21 Nopember 2013.

Sampai akhirnya saat ini lebih dari lima belas (15) kolam ikan plastik tampak berjajar rapi di bawah tegakan pohon Jati yang dipeliharanya. Mulai dari kolam pembenihan, kolam pemeliharaan atau pembesaran dan kolam indukan.

”Untuk melayani permintaan ikan lele konsumsi di daerah Kabupaten/Kota Mojokerto, Lamongan, Jombang  dan sekitarnya saja, kami masih kewalahan,” kata Markat. Melihat kondisi seperti itu, Markat mencari jalan keluar dengan menyiapkan anggota LMDH binaannya sebagai petani ikan lele ramah lingkungan di desanya.

Sementara Markat yang memiliki 10 kolam pembesaran mengisi kolamnya dengan 2.000 ekor benih ukur 4–6 cm. Dari 1 kolam pembesaran benih ini, setelah cukup 60 hari (hanya dua bulan) dapat dipanen 140 sampai 150 kg ikan lele. Harga jualnya saat ini Rp 12.000,- sampai dengan Rp. 16.000,- per kg. Bahkan bila saat-saat tertentu harga ikan lele konsumsi mencapai Rp. 20.000,- per kilo gram.

Kini, Markat sebagai keluarga pelopor usaha budi daya ikan lele ramah lingkungan di desanya sering menerima kunjungan tamu yang ingin belajar budidaya ikan lele organik, baik untuk pembenihan maupun pembesaran.

”Kami dengan senang hati menjelaskan bagaimana caranya menjadi pembudidaya ikan lele ramah lingkungan atau organik,” kata Markat.

Bahkan, Markat saat ini sering menjadi nara sumber di berbagai pertemuan LMDH maupun pelatihan  usaha produktif di tingkat regional maupun propinsi. Sebagai seorang petani ikan air tawar yang berhasil telah memperoleh sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perikanan Air Tawar Nasional dan ikan lele hasil budidayanya dinyatakan telah layak ekspor.

(Humas Mojokerto/Eko Eswe), diedit Oleh : Dadang K Rizal