SOLOPOS.COM (18/12/2019) | Masyarakat pinggiran hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) diajak mengelola dan menjaga kelestarian sumber daya hutan. Ajakan mengntisipasi deforestasi itu disampaikan Direktur Yayasan Argowilis Banyumas Mukhammad Toha.
“Sejak tahun 2004, kami sudah melakukan pendampingan masyarakat desa hutan dengan tujuan memberikan penyadaran tentang pentingnya hutan bagi keberlangsungan kehidupan manusia, terlebih di tahun ini terkait RHL [Rehabilitasi Hutan Lindung] yang sedang digalakkan, kami lebih intensif mendampingi masyarakat agar mereka dengan senang hati membantu suksesnya Program RHL di kawasan lindung,” katanya di Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019).
Dalam hal ini, kata dia, Yayasan Argowilis Banyumas melakukan pendampingan dalam kegiatan RHL yang dilaksanakan oleh Perhutani Kesatuan Pemangkuan Banyumas Timur bersama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Serayu Opak Progo Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kabupaten Banyumas serta Purbalingga.
Menurut dia, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi deforestasi terutama pada kawasan hutan lindung yang makin mengkhawatirkan. “Di lereng Gunung Slamet pada tahun 2019 ini dilakukan di wilayah Pangkuan RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Baturraden, RPH Lebaksiu, RPH Serang Purbalingga, RPH Karangreja, RPH Picung, dan RPH Tunjung Muli,” katanya.
Khusus di RPH Baturraden, kata dia, hutan lindung seluas 181,02 ha direhabilitasi pada tahun 2019 dan sampai saat ini sudah tertanam serta dilanjutkan dengan pemantauan dan pemeliharaan. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki nilai konservasi tinggi, dapat dimanfaatkan hasil buahnya, dan tidak untuk ditebang pohonnya, antara lain tanaman puspa, nagasari, jengkol, dan kopi serta tanaman buah yang cocok ditanam di kawasan lindung Gunung Slamet seperti nangka dan alpukat.
“Masyarakat desa Hutan di sekitar lokasi penanaman turut serta aktif bersama pengurus LMDH. Melalui berbagai model edukasi, kami berbaur dengan masyarakat pinggiran hutan yang tergabung dalam wadah LMDH untuk mengajak mereka mengelola dan menjaga kelestarian sumber daya hutan agar selalu memberikan manfaat kepada masyarakat yang berada di sekitar hutan,” katanya.
Salah seorang masyarakat desa hutan yang sangat intensif membantu kegiatan tersebut, Fatoni mengharapkan dengan kegiatan menanam atau rehabilitasi hutan lindung pada awal musim hujan, kondisi hutan ke depan menjadi lebih rapat tegakannya dan banyak sumber air yang kembali mengalir meskipun saat musim kemarau.
“Saya merasakan di musim kemarau kemarin, desa saya pun yang di tepi hutan mulai merasa kesulitan mendapat air. Dengan menanam hutan lindung, saya dan masyarakat yang ikut di LMDH mengharapkan hutan ke depan menjadi lebih rapat tegakannya dan banyak sumber mata air yang kembali mengalir walaupun musim kemarau,” kata dia yang juga Ketua LMDH Desa Karangjengkol, Kecamatan Kutasari, Purbalingga, yang masuk wilayah RPH Baturraden.
Sementara itu, Administrator Perhutani KPH Banyumas Timur Dhiediet Widy Hidayat mengatakan pihaknya pada tahun 2019 merehabilitasi sekitar 1.800 ha hutan lindung yang tersebar di lima Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dengan dukungan BPDAS-HL Serayu Opak Progo KLHK. “Saya sangat bersyukur karena masyarakat melalui LMDH turut aktif dalam membantu kegiatan rehabilitasi hutan lindung pada tahun 2019 ini. Saya bersama jajaran Perhutani akan bekerja keras agar kegiatan RHL ini bisa sukses dan tentunya dengan dukungan para pihak,” katanya.
Ia mengatakan kegiatan RHL juga merupakan Prioritas Kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang sangat menganggap kelestarian hutan sangat penting terutama untuk fungsi perlindungan. Menurut dia, program tersebut juga melibatkan para pendamping sosial dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) di antaranya Yayasan Argowilis Banyumas.
Sumber : solopos.com
Tanggal : 16 Desember 2019