MONGABAY.CO.ID (25/10/2020) |Ada dua faktor yang menjadikan keberhasilan dari stek pucuk pohon jati, yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam misalnya seperti tingkat ketuaan donor stek, waktu pengumpulan stek, dan juga kondisi fisiologi stek. Untuk penanganan bibit jati dengan cara stek pucuk yang meliputi penanaman, pemeliharaan hingga siap tanam, diharuskan mengikuti standar penetapan.
Media tanam yang digunakan sebisa mungkin tidak mengandung hama dan penyakit. Selain itu, juga bisa menyimpan air dengan baik dan mampu menahan stek pucuk jati bisa tetap berdiri.
Stek pucuk jati menjadi pilihan sebab bibit ini pertumbuhannya bisa lebih cepat dibandingan dengan bibit lokal maupun bibit dari biji.

Panas menyengat begitu terasa ketika memasuki kawasan persemaian JPP stek pucuk jati (Tectona grandis L.f) petak 55H di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Desa Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Saat musim kemarau tegakan pohon jati terlihat meranggas. Sehingga terik matahari siang hari terasa menusuk di kulit.

Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Jito saat beraktivitas merawat bibit tanaman jati yang mempunyai nilai jual tinggi tersebut. “Kalau musim kemarau seperti saat ini perawatannya lebih maksimal. Paling tidak setiap hari harus nyiram. Jika tidak begitu pertumbuhannya kurang maksimal” ujar lelaki 65 tahun ini kepada Mongabay Indonesia, Kamis (01/10/2020).

Dibanding musim hujan, kata dia, saat musim kemarau seperti sekarang ini perawatannya bisa dua kali lipat. Ketika musim hujan, penyiraman paling dilakukan hanya 3-4 kali dalam seminggu.

Bibit-bibit jati tersebut didapatkan dari hasil stek pucuk. Metode ini, lanjut dia, merupakan perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara sederhana, dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas aksiler pada media persemaian sampai berakar, hal ini dilakukan sebelum dipindahkan ke lapangan. Sementara itu, tunas aksiler yaitu tunas yang terdapat pada sudut diantara daun dan batang.

Jito menceritakan, ada dua faktor yang menjadikan keberhasilan dari stek pucuk, yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam misalnya seperti tingkat ketuaan donor stek, waktu pengumpulan stek, dan juga kondisi fisiologi stek.

“Sementara untuk faktor luarnya yaitu dilihat dari suhu, kelembaban, intensitas cahaya, hormon pengatur tumbuh, juga media tanam yang digunakan,” ucap pria yang lebih dari 10 tahun menjadi buruh di persemaian yang ada di tengah hutan jati tersebut.

Sumber : mongabay.co.id

Tanggal : 25 Oktober 2020