ANTARAJATENG.COM (13/11/2016) | Pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang sangat besar untuk sektor pariwisata karena menilai memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang perekonomian masyarakat.
Atas dasar itu, pemerintah terus meningkatkan kegiatan promosi dan penataan kawasan-kawasan wisata.
Pemerintah juga mengarahkan pembangunan industri pariwisata untuk meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional.
Selain itu, meningkatkan keragaman dan daya saing produk atau jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata.
Dan yang juga tidak kalah penting adalah pemberian fasilitas pengembangan dan peningkatan jenjang keterampilan tenaga kerja lokal di bidang wisata.
Untuk menindaklanjuti program tersebut, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah juga terus mengembangkan sektor pariwisata yang ada di wilayah tersebut.
Salah satunya melalui pengembangan desa-desa wisata yang sangat potensial untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan.
Kabid Pariwisata, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kabupaten Purbalingga, Prayitno, mengatakan, pemerintah kabupaten sangat mendukung pengembangan desa wisata.
Dukungan pemerintah kabupaten, kata Prayitno, salah satunya berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, pemerintah kabupaten juga terus melakukan studi komparasi guna mendorong wacana pengembangan desa wisata yang sudah maju.
“Selain itu, pemerintah daerah juga telah menggelontorkan bantuan keuangan khusus atau BKK sejak tahun 2015 kepada desa-desa wisata. Pada tahun 2015 setidaknya dikucurkan Rp1 miliar, dan pada tahun 2016 ini dikucurkan Rp1,8 miliar,” tuturnya.
Desa-desa yang sudah mulai bersemangat dan pengelolanya mulai terlihat, tambah dia, baru diberikan stimulan.
“Pemerintah kabupaten tidak memberikan stimulan bagi desa wisata yang belum bergerak sama sekali,” ucapnya.
Pada tahap awal, kata dia, Dinbudparpora Purbalingga lebih berupaya pada pendampingan SDM untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan.
“Selanjutnya baru dibantu dana stimulan yang mekanisme penyalurannya melalui pemerintah desa masing-masing,” ujarnya.
Prayitno menambahkan, pada saat ini setidaknya sudah ada 15 desa wisata di Kabupaten Purbalingga yang mulai diminati wisatawan.
Beberapa desa, tambah dia, juga mulai menunjukkan prospek untuk dikembangkan sebagai desa wisata dan para pengelolanya sudah mulai menggeliat.
Desa-desa tersebut antara lain Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, Desa Lambur, Kecamatan Mrebet, dan Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar.
“Perkembangan desa wisata yang sudah lebih dahulu maju, ternyata mampu memberikan efek positif bagi pemuda desa lain dan ingin menjadikan desanya sebagai desa wisata,” kata dia.
Sementara itu, dia menambahkan bahwa salah satu keseriusan pemerintah kabupaten dalam mengembangkan pariwisata,adalah dengan menyiapkan rencana bisnis pengembangan pariwisata yang diwadahi dalam sebuah perusahaan induk atau holding company.
“Holding ini ditarget akan mulai dijalankan pada tahun 2017, dan nantinya akan mengelola daya tarik wisata yang lebih profesional,” katanya.
Sejumlah daya tarik wisata yang dikelola dinas, tambah dia, akan diambil alih.
“Begitu juga dengan marketing wisata yang akan dijalankan dengan mensinergikan beberapa paket kunjungan wisata yang tidak hanya daya tarik wisata massal yang sudah ada, tetapi juga disinergikan dengan paket kunjungan ke desa wisata,” katanya.
Sementara itu, keseriusan pemerintah kabupaten lainnya, tambah dia, adalah pembangunan infrastruktur di sejumlah lokasi yang menjadi daya tarik wisata.
Pendampingan Pemerintah
Para pegiat wisata dari sejumlah desa di Purbalingga mengatakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan desa wisata.
“Para pegiat wisata dari sejumlah desa wisata di Purbalingga masih membutuhkan pendampingan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga untuk meningkatkan kualitas SDM,” kata Sugit, seorang pegiat wisata dan pengelola wisata Gunung Malang, Desa Serang Kecamatan Karangreja.
Sugit menjelaskan, Serang memang sudah dikenal sebagai desa wisata dengan ‘rest area’ Lembah Asri dan petik stroberi.
“Namun kami ingin memberikan daya tarik lain berupa nuansa camping ground di padang ilalang dan sunrise bukit Gunung Malang dengan ketinggian sekitar 1.700 meter diatas permukaan air laut,” katanya.
Sugit mengatakan dia mengelola daya tarik wisata itu dengan komunitas pecinta alam Gumapala yang ada di wilayahnya.
“Kami saat ini mengelola secara mandiri bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan dan Perhutani. Kami berharap, dinas mendampingi kami untuk meningkatkan kualitas para pemandu,” katanya.
Sementara pengelola Kampung Kurcaci Desa Wisata Serang, Edi Susanto juga berharap pendampingan dari pemerintah daerah.
“Kami berharap ada pendampingan pelatihan dan bantuan tempat sampah serta dukungan promosi wisata,” katanya.
Dia menambahkan, dukungan dari pemerintah daerah bisa menjadi dorongan semangat untuk semakin memajukan pengembangan desa wisata.
Hal senada juga disampaikan Kirman, pegiat wisata dari Dukuh Kaliurip, Desa Serang.
“Para pemuda di Kaliurip saat ini tengah mengembangkan wisata sunrise bukit Gunung Sumbe, dan wisata edukasi bertani,” katanya.
Dia menambahkan, pihaknya juga berharap dukungan dari pemerintah daerah untuk mengembangkan wisata petik stroberi dan juga wisata edukasi bertani tersebut.
Sumber : antarajateng.com
Tanggal : 13 November 2016