Ketika daerah lain di Indonesia bangga dengan produk-produk kopinya, Jawa Barat justru, belum punya merek kopi yang dikenal khalayak. Padahal, pada zaman penjajahan Belanda, Jawa Barat terkenal dengan produk kopinya yang mendunia, yaitu kopi preanger.

Atas dasar itulah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berusaha mengangkat kembali pamor kopi preanger atau kopi priangan. Salah satu momentumnya ialah dalam “Indonesian Coffee Festival 2012” yang akan digelar di Bali. “Kopi preanger atau kopi priangan ini akan mengakomodasi merek kopi dari Jawa Barat. Kopi ini sebenarnya sudah terkenal sejak zaman Belanda dan tidak kalah dengan kopi aceh, kopibali, ataupun kopi toraja,” kata Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf dalam “Road to Indonesian Coffee Festival”, di Cihampelas Walk, Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Jumat (23/12).

Dede menuturkan, kejayaan kopi asal tatar Priangan bisa diangkat melalui kampanye dan promosi di dalam ataupun di luar negeri. Edukasi kepada masyarakat yang saat ini menggandrungi kopi juga merupakan saat yang tepat. “Ribuan kafe atau kedai kopi dengan berbagai menu kopi sedang menjamur. Inilah saatnya kopi lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri, termasuk kopi preanger,” ujarnya.

Kebangkitan kopi preanger pun bisa didukung dengan perluasan lahan-lahan kopi di Jawa Barat. Saat ini, menurut Dede, luas perkebunan kopi di Jawa Barat mencapai 26.000 hektare. “Kami akan menggaet Perhutani yang memiliki lahan 600.000 hektare. Mungkin nanti bisa memakai lahan itu dan hasilnya bisa untuk meningkatkan taraf ekonomi warga setempat sekaligus penghijauan,” kata Dede.

Animo tinggi

Sementara itu, Direktur Indonesian Coffee Festival Yanthi Tambunan mengungkapkan kepuasannya dengan animo warga dalam kegiatan tersebut. “Masyarakat menjadi lebih tahu mengenai sejarah kopi hingga cara membuat kopi yang benar. Saya optimistis, acara puncak di Ubud Bali nanti bisa berjalan sukses,” kata pemilik Bandar Kopi itu. Dalam acara di Ciwalk itu, ada 16 kedai kopi asli Indonesia berpartisipasi. (A-128)*”

Pikiran Rakyat/24 Desember 2011/H. 3