Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar optimistis Indonesia akan terlepas dari kebiasaan mengimpor beras tahun depan. Pasalnya, pemerintah tengah merintis Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3BK), yang kemarin dicanangkan di Subang, Jawa Barat.
Dengan program tersebut, Mustafa berharap tahun ini perusahaan BUMN di sektor pangan mampu mendongkrak produksi beras minimal 6,3 persen atau setara dengan 3,725 juta ton dari produksi nasional 70,6 juta ton. Hasil ini berasal dari lahan 569 ribu hektare yang digarap bersama petani dengan basis di Pulau Jawa.
Menurut Mustafa, pengelola BUMN yang terikat program GP3BK wajib memberi pengadaan benih berkualitas serta penyediaan pupuk dan sarana produksi padi lainnya kepada petani. Dari hasil pengelolaan bersama itu, produksi panen akan dibagi dua. “Bagi hasilnya 50 : 50,“ kata dia.
Estimasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan GP3BK diperkirakan mencapai Rp 1,84 triliun.
“Kebutuhan dananya sekitar Rp 1 triliun per tahun hingga 2015. Pembiayaannya bisa berasal dari dana program kemitraan ataupun kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari perbankan,” ujar Mustafa.
Menteri Pertanian Suswono menjelaskan, ketersediaan cadangan pangan sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang tak menentu, bahkan cenderung basah sepanjang tahun.
Walau saat itu masih ada surplus, ketersediaannya harus terus dipantau. Apalagi beras adalah pangan konsumsi utama sebagian besar masyarakat Indonesia. “Tahun ini kelihatannya cuaca akan membaik.
Namun petani diharapkan terus berkonsultasi dengan penyuluh untuk mendapat informasi waktu penanaman yang tepat,“ ujar Suswono.
Berdasarkan data, realisasi tanam hingga Juni 2011 mencapai 70.614 hektare, di antaranya oleh PT Pertani seluas 43.507 hektare, PT Sang Hyang Seri seluas 18.406 hektare, PT Pusri seluas 5.165 hektare, dan Perum Perhutani seluas 5.356 hektare. Masa tanam selanjutnya dilakukan pada Juli-September.
Suswono menjelaskan, program GP3BK bakal dilakukan dengan pola intensi? kasi, ekstensi? kasi, dan diversi?kasi, sehingga produksi padi rata-rata nasional yang saat ini masih 5 ton kelak dapat dipacu secara bertahap hingga 7,5 ton per hektare.
Nama Media : KORAN TEMPO
Tanggal       : Kamis, 28 Juli 2011, Hal. B5
Penulis        : NANAG SUTISNA
TONE           : POSITIVE