HARIAN EKONOMI NERACA (9/3/2017) | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, Banten, optimistis menjadi sentra lumbung jagung sehingga dapat menyumbangkan pasokan untuk ketersediaan pangan nasional.

“Kami terus mendorong petani agar memperluas pengembangan tanaman jagung,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna, di Lebak, Rabu (8/3).

Pemerintah daerah tahun 2017 akan mengembangkan bantuan tanaman jagung seluas 7.500 hektare guna meningkatkan produksi jagung di Tanah Air. Penyaluran bantuan jagung tersebut untuk kelompok tani agar memperluas pengembangan budidaya tanaman jagung.

Selain itu juga bantuan sarana produksi (saprodi) berupa pupuk organik dan nonorganik. Kelompok tani segera mengusulkan bantuan jagung kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan masing-masing. Bantuan bibit jagung unggul dan berlabel disalurkan melalui UPT Pertanian di 28 kecamatan.”Kami yakin Lebak ke depan bisa menyumbangkan produksi jagung nasional dan tidak perlu lagi impor,” ujar dia menjelaskan.

Menurut Dede, pemerintah kini menutup pasar impor jagung dari luar negeri dan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan produksi sehingga mampu meningkalkan ekonomi petani menjadi lebih baik dan sejahtera. Selain itu juga pengusaha bisa menampung jagung dari petani untuk memenuhi pasar nasional.

Penutupan jagung impor itu karena produksi lokal bisa berswasembada jagung melalui penyaluran bantuan benih unggul, saprodi dan alat pertanian (alsintan). Pihaknya mendorong petani mengembangkan perluasan budidaya tanaman jagung guna mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan pendapatan ekonomi petani.

Sebetulnya, Kabupaten Lebak berpeluang dijadikan sentra jagung karena didukung lahan luas baik daratan maupun persawahan. Bahkan, banyak lahan-lahan telantar milik swasta, BUMN, TNI, Polri, Perum Perhutani, Perkebunan dan perorangan bisa dimanfaatkan dengan tanam jagung tersebut

Saat ini, produksi jagung di daerah ini hanya 5,8 ton per hektare dan belum mencapai rata-rata nasional 63 ton/ha.”Kami minta petani melaksanakan penerapan rekayasa teknologi pertanian guna meningkatkan produksi jagung itu,” kata dia pula.

Sejumlah petani Kecamatan leuwidamar Kabupaten Lebak mengatakan mereka kini mengembangkan budidaya tanaman jagung hibrida untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yang selama ini masih didatangkan dari luar daerah.

Tanaman jagung jenis varietas N 35 tersebut dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani seluas 20 hektare. Benih jagung unggul N 35 tersebut sangat cocok dikembangkan di lahan darat di sejumlah desa di Kecamatan Leuwidamar.

Pengembangan tanaman jagung diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional. Kami saat ini telah mengembangkan tanaman jagung seluas dua hektare bantuan pemerintah daerah,” kata Ahmad (50), seorang anggota Kelompok Tani di Kecamatan Leuwidamar.

Ia mengatakan, prosfek pengembangan usaha budidaya tanaman jagung hibriba sangat bagus karena permintaan untuk pabrik pakan cukup tinggi. Selain itu dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

Saat ini, kebutuhan jagung masih dipasok dari luar daerah. “Kita yakin tahun ini produksi jagung melimpah sehingga mampu menjadi sentra lumbung jagung hibrida,” ujar dia.

Kemudian keberhasilan target pangan itu tentu harus sinergis dan kerja keras berbagai elemen, termasuk kelompok tani dan juga dukungan pemerintah daerah.

Sumber: Harian Ekonomi Neraca, hal. 9

Tanggal: 9 Maret 2017