BISNIS.COM (07/04/2021) | Perum Perhutani menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengelola 2,4 juta hektare hutan di Pulau Jawa dan Madura.

“Mengelola hutan seluas ini, kita membuka diri untuk kerja sama dengan siapa pun untuk pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Tentunya agar apa yang kita lakukan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, untuk pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di sekitar hutan,” jelas Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro, Selasa (6/4/2021) lalu.

Dalam keterangan resminya, Wahyu menyebutkan bahwa terdapat lahan seluas 2,4 juta hektare yang tersebar di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Sekitar 860.000 hektare berada di Jawa Barat dan Banten. Lalu sekitar 600.000 hektare berada di Jawa Tengah. Dan ada sekitar 1 juta hektare lebih di Jawa Timur.

Wahyu berharap agar kerja sama yang dilakukan Perhutani dengan UGM tersebut dapat meningkatkan pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK).

“Sejak 2016, UGM mengelola Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus untuk tujuan pendidikan dan pelatihan seluas 10.901 hektare di Ngawi dan Blora. Kegiatan itu telah memberi manfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Panut Mulyono, Rektor UGM, berharap agar kerja sama tersebut dapat terus berlanjut. “Melalui kerja sama ini, perencanaan yang sudah dibuat oleh Dekan Kehutanan dan tim bisa direalisasikan untuk pengelolaan yang lebih baik sehingga memberikan kemanfaatan yang lebih besar untuk masyarakat setempat,” jelasnya.

Pengelolaan KHDTK tersebut tak hanya bermanfaat secara langsung bagi masyarakat sekitar hutan, tapi juga membuka kesempatan bagi mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian di bidang kehutanan. Salah satu hasil dari penelitian di KHDTK adalah teknologi Integrated Forest Farming System (IFFS) yang telah berhasil dikembangan Fakultas Kehutanan UGM. Temuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di desa sekitar hutan di Jawa. Tak hanya itu, IFFS juga dapat digunakan untuk mendukung program Food Estate.

“Kebijakan pemerintah membangun lumbung pangan atau food estate yang semestinya diterapkan di lahan-lahan hutan tidak produktif, mestinya bisa mengadopsi teknologi dalam IIFS. Tentunya diikuti dengan penataan lanskap yang berkelanjutan,” jelas Dekan Fakultas Kehutanan, Budiadi, dalam acara puncak Dies Natalis Ke-75 Fakultas Kehutanan UGM, tahun lalu.

Sumber : bisnis.com

Tanggal : 7 April 2021