MOJOKERTO, PERHUTANI (24/07/2018) | Kondisi cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini ditanggapi secara serius oleh Perhutani. Wilayah hutan yang sangat luas dan ancaman kebakaran hutan membuat Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto, Budi Widodo membuat kebijakan agar tiap-tiap Resort Pemangkuan Hutan (RPH) di wilayahnya membuat alat sederhana untuk mengatasi kebakaran hutan skala kecil sehingga api dapat dipadamkan sebelum membesar. Alat yang dimaksud adalah alat tradisional yang dikenal dengan sebutan “Gepyok”.

Gepyok merupakan alat tradisional pemadam kebakaran yang terbuat dari bambu atau kayu berbentuk seperti sapu lidi dan cara penggunaannya adalah dengan dipukulkan pada api. Meskipun merupakan alat tradisional dan sederhana, gepyok dianggap efektif memadamkan api yang membakar serasah atau ranting kering di hutan.

Budi Widodo mengatakan bahwa semakin cepat api dipadamkan oleh petugas lapangan, maka kebakaran hutan tidak akan meluas.

“Saat ini pembuatan gepyok telah dikoordinir oleh  Koordinator Keamanan (Korkam). Minimal setiap RPH punya 4 sampai 5 gepyok untuk antisipasi kebakaran hutan yang tak terduga. Selain itu peran serta masyarakat juga kami harapkan untuk segera menginformasikan pada petugas Perhutani jika melihat adanya kobaran api di hutan”, ujarnya.

Selain pembuatan gepyok, upaya lain yang dilakukan oleh KPH Mojokerto dalam menghadapi cuaca ekstrim ini adalah dengan memantau aplikasi Lapan Fire Hotspot sehari 2 kali. Apabila ditemukan titik api, maka petugas akan segera bergerak mendatangi lokasi tersebut tentunya dengan membawa gepyok dan alat pemadam kebakaran hutan lainnya. (Kom-PHT/Mjk/Umi)

Editor: Ywn

Copyright©2018