BANYUWANGI UTARA, PERHUTANI (14/1/2021) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara mendukung upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi untuk berperan aktif membantu menginventarisasi peninggalan sejarah, situs masyarakat adat di wilayah kerjanya.

Hal tersebut disampaikan oleh Administratur Perhutani KPH Banyuwangi Utara Agus Santosa saat mengadakan rapat bersama Kepala Disbudpar Kabupaten Banyuwangi yang diwakili Abdullah fauzi, Aliansi Masyarakat Adat Banyuwangi Wiwin Indarti, Dewan Kesenian Blambangan Aden Sanusi Serta Titin Fatimah dari pemerhati lingkungan dan arkeologi Banyuwangi dan Pemerhati Sejarah Suhalik, bertempat di Kantor Perhutani Banyuwangi, Kamis (14/1).

Dalam sambutannya Agus Santoso menyampaikan bahwa untuk menjaga kearifan lokal seperti situs dan peninggalan sejarah yang ada di wilayah kerjanya, perlu adanya indentifikasi dengan jelas. “Untuk itu Perhutani berinisiatif untuk mendata dan sekaligus meregistrasi peninggalan sejarah dan situs yang berada di kawasan hutan KPH Banyuwangi Utara,” kata Agus.

Menurutnya setelah kawasan tersebut telah di data dengan benar, maka Disbudpar mengeluarkan perintah bahwa tersebut merupakan Kawasan Perlindungan Khusus yang bisa di tetapkan bersama-sama dengan Perum Perhutani.

Dalam pertemuan tersebut, tim dari Dinas Banyuwangi, Dewan Kesenian Blambangan, Aliansi Masyarakat Adat Banyuwangi, Aliansi Masyarakat Adat Osing serta Tim Cagar budaya Pariwisata menyampaikan data lapangan yang telah dikunjungi dan di data, antara lain gua jepang yang lokasinya di petak 66h Wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Selogiri Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ketapang.

Menurut Wiwin Indarti, kawasan RPH terdapat banyak gua perlindungan dan pertahanan tentara jepang yang di bangun olen tenaga Romusha. “Di bagian gua terdapat 2 lubang, lubang pertama buat pintu masuk dan yang satu lagi lubang untuk penembakan yang langsung menghadap ke laut yaitu selat Bali,” katanya.

Sementara itu Suhalik selaku pemerhati sejarah Banyuwangi menyampaikan jika dalam perkembangannya wilayah hutan di RPH Selogiri menjadi rencana Nasional untuk pembuatan jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi, “Sekarang sudah banyak tanda atau patok yang posisinya ada di depan gua yang di khawatirkan gua tersebut rusak akibat pembangunan jalan tersebut,” ujar Suhalik. (Kom-PHT/Bwu/JY)

Editor : Ywn

Copyright©2021