MedanBisnis – Jakarta. BUMN pengelola hutan di Pulau Jawa, Perum Perhutani mengekspor perdana 13,6 ton produk ?-Pinene (Alphapinene) kualitas kemurnian minimal 97,5 % ke negara tujuan India dari Perhutani Pine Chimical Industry (PPCI), pabrik baru Perhutani di Pemalang, Jawa Tengah.
Acara ekspor perdana produk turunan getah pinus ini merupakan rangkaian acara puncak peringatan hari jadi Perhutani ke-53 tahun, diperingati di Jakarta 29 Maret 2014 yang baru lalu.

Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menyatakan bahwa proses produksi Alphapinene ini teknologinya sederhana, tetapi Perhutani justru memperoleh nilai tambah cukup tinggi dibandingkan bila hanya produknya sampai terpentin saja.

“Pasar Alphapinene dan Bethapinene di dunia mencapai 600.000 ton/tahun, di dalam negeri mencapai 19.000 ton/tahun. Dengan bahan baku getah Pinus yang ada, dengan pengolahan sampai derivatnya, maka Perhutani kedepan ditargetkan akan menjadi pelaku bisnis industri pine chemical penting di dunia,” kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/4)

Bambang mengatakan PPCI di Pemalang ini diharapkan dapat berproduksi sesuai kapasitas produksi terpasangnya, sehingga nilai tambahnya maksimal. Sebagai urutan ke tiga produsen derivat Gondorukem dan Terpentin di dunia, Perhutani baru menembus 10% sedangkan Tiongkok mencapai lebih dari 70% dan Brasil mencapai 11%.

“Dari nilai investasi Rp 208,7 Miliar, akan dihasilkan nilai tambah derivat gondorukem sebesar 20%-30% dan derivat terpentin 50%-60%. Dengan harga produk antara USD 2.000 sampai dengan YSD 4.000 dan bahkan ada yang mencapai US$ 15.000 per ton,” katanya.

PPCI di Pemalang saat ini mempunyai kapasitas bahan baku feed stock 24.500 ton/tahun getah pinus. Kapasitas produksi terpasang gondorukem (gumrosin) 17.150 ton/tahun; turpentin 3.675 ton/tahun; Alphapinene 6.000 ton/tahun, Betapinene 112,5 ton/tahun; Gliserol Rosin Ester 18.000 ton/tahun; terpineol 1800 ton/tahun.

Pabrik Perhutani ini adalah satu-satunya pabrik derivat terpadu, terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Menempati lahan 6,3 Ha dengan bangunan seluas 2,5 Ha, PPCI didukung oleh 80 tenaga kerja langsung. Dengan beroperasinya pabrik baru ini dipastikan akan memberikan dampak sosial ekonomi positif bagi masyarakat sekitar pabrik khususnya dan Kabupaten Pemalang umumnya.

Tahun lalu Perhutani mengoperasikan pabrik pengolahan produk turunan getah pinus (gondorukem) di Pemalang Jawa Tengah. Pabrik yang mulai beroperasi pada akhir Oktober 2013 ini menelan investasi hingga Rp 190 miliar.

Mulai studi kelayakan (2010), pabrik derivatif gondorukem dan terpentin Pemalang disetujui Kementerian BUMN selaku pemegang saham (31/5/2011). Menteri BUMN Dahlan Iskan bahkan hadir mencanangkan groundbreaking pembangunan pabrik ini.

Luas hutan yang dikelola Perhutani di Jawa 2,4 juta hektar, terdiri dari hutan jati 1.261.465,81 Ha (52%), hutan pinus 876.992,66 Ha (36%) dan sisanya Damar, Mahoni, Akacia, Sengon, Kesambi. Pohon pinus yang disadap menghasilkan getah pinus. Getah pinus ini diolah di pabrik melalui proses melting, scrubber dan pemasakan menghasilkan produk Gondorukem atau Gum Rosin dan Terpentin.

Proses lanjutan destilasi terpentin akan menghasilkan produk turunan ?-Pinene (Alphapinene), Bethapinene, D-limonen, D-carene. Sedangkan proses lanjutan produk Gum Rosin melalui easterifikasi dan flacking menghasilkan Glycerol dan Rosin Ester.(dtf)

Sumber : www. medanbisnisdaiy.com
Tanggal : 22 April 2014