JAKARTA – Perum Perhutani ingin menggenjot kontribusi bisnis nonkayu bagi pendapatan Perseroan di masa mendatang. Hal itu diwujudkan dengan inovasi-inovasi produk, termasuk pengembangan produksi di sektor hilir.
“Kami menargetkan- pendapatan usaha dari bisnis nonkayu pada tahun 2016 sebesar 55 persen, naik dari tahun 2014 sebesar 52 persen. Ini dilakukan seiring dengan berkurangnya pendapatan dari kayu log karena menghemat kayu dan menjaga kelestarian hutan, terutama di Jawa,’ kata Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, di Jakarta, Kamis (23/10).
Diperkirakannya, pada tahun 2016 maka porsi pendapatan Perum Perhutani sebanyak 55 persen disurtibang nonkayu dan 45 persen kayu. Naik dari tahun 2014 yang di perkirakan 52 persen nonkayu, sementara 48 persen kayu.
Pada tahun 2014, Perseroan menargetkan pendapatan sebesar 4,6 triliun rupiah dengan laba sekitar 287 miliar rupiah. Andalan pendapatan Perhutani masih bertumpu pada sektor hulu, yaitu kayu hasil hutan dan getah.
“Salah satu bisnis nonkayu yang menjadi andalan Perhutani adalah adalah pabrik derivatif gondorukem terpen tin di Pemalang berkapasitas 24.000 ton per tahun yang mulai beroperasi tahun 2015. Kami investasi cukup besar di Pemalang sekitar 200 miliar rupiah. Harus cepat mengembangkan hilir karena jika hanya mengandalkan kayu log akan sulit,” tuturnya.
Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261.465,81 hektare (52 persen), hutan pinus 876.992,66 hektar (36 persen), dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi, dan lainnya.
Sumber  : Koran Jakarta
tanggal  : 24 Oktober 2014