Perhutani Genjot Non Kayu@2015 copyMOJOKERTO, PERHUTANI (1/5) | Perum Perhutani Jawa Timur dalam upaya meningkatkan pendapatan selain dari produksi kayu, mendatang berupaya menggenjot hasil hutan non kayu. Antara lain minyak kayu putih, getah pinus, madu, kopi dan pariwisata.

Sejak 2012, produksi kayu dan non-kayu cukup seimbang. Tahun berikutnya, hasil non-kayu mendominasi hingga sekarang. “Dulu, 70 % hingga 80 % disumbang dari kayu. Tapi sekarang sesuai dengan kebijakan perusahaan, produksi non-kayu harus menyumbang 60%-65%,” tutur Sekretaris Perum Perhutani Divisi Regional (Sekdivre) Jawa Timur, Yahya Amin (YA).

Salah satu upaya merealisasikan program tersebut adalah memperluas lahan tanaman kayu putih sekitar 10.000 hektar per tahun secara nasional. Saat ini Perhutani memiliki areal lahan kayu putih seluas 30.000 hektar selama 5 tahun mendatang.

Perluasan lahan hutan kayu putih tersebut dilakukan di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto, Madiun, Tuban, Pasuruan, Nganjuk dan Madura yang saat ini memiliki total luas lahan 10.000 Ha dengan jumlah produksi 18.538 Ton. Secara nasional, total luas lahan kayu putih milik Perum Perhutani adalah 30.000 Ha.

“Diharapkan nanti kontribusi hasil kayu bisa menjadi 40% dan non-kayu menjadi 60%,” papar Yahya. Selain itu, Perhutani juga akan mengolah getah pinus menjadi gondorukem dan terpenting agar nilai jualnya semakin tinggi. Bahan baku tersebut berguna untuk komestik, cat, obat-obatan, makanan dan lainnya.

Pada 2015 Perhutani mematok target produksi kayu sebesar 400.000 meter kubik. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan produksi kayu sepanjang 2014, Perhutani Jatim yang 425.000 meter kubik kayu. Realisasi itu melampaui target 399.000 meter kubik. (Kom-PHT/Mjk/Eko Eswe)

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2015