JAWAPOS.COM (30/09/2024) | Perhutani KPH Banyuwangi Selatan sedang gencar menjalin sinergitas dengan lintas sektoral. Kemarin (27/9), ADM Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, Wahyu Dwi Hadmojo mengadakan visit media ke Jawa Pos Radar Banyuwangi Biro Genteng di Perum Madania, Jalan KH Hasyim Asyari, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
Dalam kunjungan itu, ADM Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, Wahyu Dwi Hadmojo banyak bertukar cerita dengan Kepala Biro Jawa Pos Radar Genteng Agus Baihaqi. “Media visit ini dalam rangka meningkatkan jalinan sinergitas dan rajut harmoni,” kata Wahyu Dwi Hadmojo.
Wahyu yang didampingi Humas Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, Didik Nurcahyo juga memberikan paparan terkait potensi wisata di wilayah hutan yang sedang digarap Perhutani. “Potensi wisata kita banyak, kita juga butuh peran media dalam promosi,” ujarnya.
Salah satu lokasi wisata yang disebut Wahyu itu Pantai Grajagan di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo yang menyuguhkan keindahan pantai dan pegunungan. Di tempat wisata itu, juga disediakan penginapan bagi pelancong. “Potensi wisata di Pantai Grajagan ini sangat bagus, lokasi ini jadi magnet bagi wisatawan asing yang ingin surfing,” tuturnya.
Wahyu juga mengingatkan potensi bencana saat memasuki puncak musim kemarau seperti saat ini. “Kondisi seperti ini, saya meminta seluruh jajaran KPH Banyuwangi Selatan untuk siaga 24 jam mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla),” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, masih kata dia, Perhutani memanfaatkan aplikasi SIPONGI yang secara real time dapat memantau titik api, khususnya di wilayah Kabupaten Banyuwangi. “Ketika terpantau muncul titik api, kami akan langsung melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain, seperti kepolisian dan TNI untuk melakukan tindakan,” tuturnya.
Sebagai bentuk preventif, pihaknya juga rutin melakukan patroli di wilayah hutan serta giat memasang banner larangan membakar hutan. “Upaya itu dibantu kepolisian, TNI, LMDH, hingga Pemerintah Desa (Pemdes) setempat,” katanya.
Wahyu juga mengajak masyarakat untuk selalu menjaga hutan dengan tidak melakukan pembalakan liar. Bila memang membutuhkan kayu jati untuk kebutuhan, bisa mendapatkan dengan prosedur yang ada. “Sering disebut harganya mahal, padahal tidak juga,” cetus alumni Fakultas Kehutanan UGM Jogjakarta ini.
Sumber : jawapos.com