Sorong Papua Barat, Jumat 27 September 2013 | Perhutani percepat pembangunan industri sagu di Kais, Sorong Papua Barat setelah mendapat dukungan pasokan energi listrik dari PT PLN (Persero) dan jasa Engineering Procurement Construction (EPC) dari PT Barata. Bambang Sukmananto Direktur Utama Perum Perhutani mendampingi Menteri BUMN Dahlan Iskan pada Jum’at 27 September 2013 khusus datang ke lokasi dimana pabrik sagu akan dibangun, guna memastikan persiapan lapangan.
Kedatangan Menteri BUMN ke lokasi rencana pabrik sagu Perhutani, menurut Bambang Sukmananto adalah bukti keseriusan pemerintah bahwa pembangunan akan segera diwujudkan. Selain industri pionir, pabrik sagu sudah sangat mendesak dan tidak bisa ditunda lagi, karena sagu adalah salah satu alternatif kebutuhan pangan rakyat di Papua dan Indonesia. Kunjungan pra pembangunan, bagi Perhutani dimaksudkan untuk: (1) Pemantapan tapak lokasi pembangunan pabrik; (2) Pemantapan koordinasi dengan stakeholder di Papua Barat; (3) Mengkomunikasikan rencana pembangunan kepada masyarakat setempat; dan (4) Mendorong akselerasi pembangunan di sekitar pabrik sagu termasuk penyiapan tenaga kerja, kemungkinan pembangunan industri ikutan lainnya.
Luas lahan sagu dunia lebih kurang 2.5 juta hektare, dan 50 persennya atau 1,25 juta Ha berada di Propinsi Papua. Untuk memenuhi ketersediaan bahan baku pabrik nantinya, Perhutani menyiapkan pohon sagu yang ditanam sendiri seluas 16.055 hektare di Distrik Kais Kp. Tapuri, Kp. Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. Pohon sagu masak tebang sebanyak 73 pohon per hektare akan memenuhi kebutuhan bahan baku industry sebanyak 200.000 pohon per tahun dan menghasilkan 30.000 ton tepung sagu per tahun.
Proyek industri sagu Perhutani di Papua Barat ini memang belum profitable dalam jangka pendek, tetapi dalam hitungan bisnis perusahaan jangka panjang, industri sagu ini akan menguntungkan dari aspek ekonomi, mengingat permintaan beberapa Negara Asia meningkat dan belum bisa dipenuhi saat ini. Dari aspek sosial, indutri ini akan menjamin pasokan pangan lokal dan ketahanan pangan, sedangkan dari aspek lingkungan proyek berbasis sumberdaya alam khususnya hutan ini akan melestarikan nilai-nilai budaya berhutan sagu bagi masyarakat Papua.
Industri sagu ini diharapkan menyerap tenaga kerja sebanyak 656 orang per tahun, terbanyak pada pemanenan sagu yang mencapai 500 tenaga kerja. Produk sagu diutamakan untuk memenuhi lonjakan permintaan dalam negeri, penyediaan pangan, selain di eksport ke Malaysia Barat dan Singapura, demikian Bambang Sukmananto.